Jumat, 22 November 2024

Surabaya Akan Miliki Musrenbang Pertama Versi Anak Muda

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Para pemimpin komunitas, baik dari SCN, BCCF, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, dan CityNet saat berbincang program "Aksiku Gawe SUB", Minggu (10/12/2017). Foto: Istimewa

Anak-anak muda kota Surabaya seharusnya ikut berkontribusi dalam merencanakan dan merancang kota Surabaya. Karena ada 13 ribu siswa SMA/SMK di Surabaya yang merupakan pengguna ruang kota terbanyak.

Inilah yang melatarbelakangi program bertajuk Aksiku Gawe SUB. Program kolaborasi komunitas anak muda kreatif di Surabaya dan Bandung ini akan melahirkan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) pertama versi anak muda kekinian di Surabaya.

Adapun beberapa komunitas yang menggelar program ini, Surabaya Creative Network (SCN), Bandung Creative City Forum (BCCF), didukung Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, dan CityNet, sebuah lembaga jejaring kota Asia Pasifik yang berbasis di Seoul Korea Selatan.

Hafshoh Mubarak Ketua SCN mengatakan, program ini melibatkan remaja Surabaya, terutama yang duduk di bangku SMA/SMK di Surabaya, agar peduli terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungannya.

“Kalau dicermati, ada masalah lingkungan yang perlu segera dituntaskan di kota ini. Yaitu masalah persampahan dan limbah rumah tangga,” ujarnya, Minggu (10/12/2017).

Untuk sementara ini, program Aksiku Gawe SUB melibatkan tiga sekolah. SMA Shafta, SMKN 12 Surabaya, dan SMA Muhammadiyah 10 Surabaya. Mereka telah mengikuti rangkaian kegiatan dari Oktober dan mulai beraksi pada Desember ini.

Hafshoh menjelaskan, pada prinsipnya, program ini mengharuskan siswa SMA/SMK bekerja sama dengan para pemangku kepentingan perkotaan untuk mewujudkan ide dari proses design thinking atas masalah-masalah yang sedang dihadapi.

Tahap pertama program, para peserta akan melakukan observasi lingkungan. Mereka secara langsung mengamati lingkungannya untuk menemukan masalah-masalah yang sangat memerlukan solusi dengan segera.

Saat observasi, mereka memanfaatkan aplikasi smartphone, salah satunya untuk mengunggah foto-foto hasil temuan persoalan lingkungan yang mereka hadapi ke media sosial.

Data-data yang mereka dapatkan di tahap observasi lantas digunakan di tahap design thinking berbentuk lokakarya (workshop). Mereka akan dibantu fasilitator, para Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Untag Surabaya.

Setelah mendapatkan solusi yang disepakati bersama, siswa menciptakan prototipe yang mengidentifikasi ide-ide dalam bentuk apapun. Baik sketsa, poster, rencana terpadu, maupun maket.

“Prototipe yang dibuat harus bisa menjelaskan ide secara baik. Karena, tujuan prototipe ini adalah untuk membantu menjelaskan ide kepada pihak-pihak lain,” ujar Hafshoh.

Pada fase terakhir, siswa akan mempresentasikan ide mereka kepada stakeholder terkait, mulai dari ketua RT, ketua RW, lurah, camat dan wali kota melalui Musrenbang Pemuda Surabaya pada akhir Desember mendatang.

Youngmin Chang Direktur Program Citynet mengatakan, ide-ide yang dihasilkan dalam proses Aksiku Gawe Sub punya peluang besar diimplementasikan.

Ini mengingat banyaknya bantuan pembangunan dari Pemerintah Kota, Provinsi, Nasional, dan dari swasta sekalipun untuk membantu pembangunan fasilitas di lingkup wilayah yang kecil seperti RW maupun RT di lingkungan kampung di Surabaya.

Ide-ide itu akan mampu dieksekusi oleh organisasi di tingkat masyarakat di lingkungan RW, seperti Karang Taruna. Misalnya, program Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) dan berbagai program dari CSR perusahaan.

“Program Aksiku Gawe SUB ini akan berperan dalam pembangunan lingkungan terutama sebagai penyedia ide-ide solutif atas permasalahan yang dihadapi melalui rangkaian kegiatan dengan pendekatan design thinking,” ujarnya.

Peran partisipasi para peserta program ini kepada masyarakat, di antaranya memberi pendampingan dalam menyusun proposal, membantu proses pembangunan, sampai mengelola fasilitas pada jangka panjang.(den/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs