Yanuar anaknya Suprijadi yang didorong gerobak dari Madiun ke Surabaya itu sakit saat umur 3 tahun. Waktu itu masih tinggal di kontrakan Gubeng ABM Surabaya.
Pertama kali dibawa ke Rumah Sakit (RS) Haji Surabaya saat usia 3 tahun karena sakit panas dan step atau kejang. Waktu itu biayanya Rp8 juta tapi Suprijadi hanya punya uang sekitar Rp3 juta, sehingga Kartu Keluarga (KK) dipakai untuk jaminan dengan harapan bisa mengangsur kekurangan.
Sepulang dari RS Haji kondisi Yanuar memburuk. Sumsumnya diambil, kondisinya lumpuh dan kering.
Saat usia 4 tahun dibawa ke RSUD Dr Soetomo Surabaya karena step lagi. Membayar Rp7 juta dibantu biaya separuh oleh saudara. Di RS Dr Soetomo waktu itu berobat selama satu bulan 10 hari.
Yanuar kemudian dibawa ke sepanjang ke rumah nenek di Jl Nanas, Kelurahan Sepanjang, Kecamatan Taman, Sidoarjo. Karena tempatnya sempit dan dihuni 3 keluarga, maka Suprijadi memutuskan membawa Yanuar ke Sugihwaras RT/RW 16/05 Saradan Madiun yang merupakan rumah keluarga Winarsih ibu Yanuar.
Kemudian di Saradan step Yanuar kambuh dan dibawa oleh Suprijadi dengan gerobak buatan sendiri untuk transportasi menuju Surabaya. Sejak bulan 4 lalu sampai sekarang sudah 4 kali Yanuar dibawa ke Surabaya dengan gerobak oleh ayahnya.
Barulah pada Rabu (18/10/2017), Suprijadi dibantu oleh Linmas Kota Surabaya saat melintas di Darmokali. Selanjutnya Lurah Gubeng juga ikut membantu Suprijadi. Pihak pemerintah kota juga bersedia membantu untuk mengurus administrasi Yanuar agar bisa ke RSUD Dr Soetomo.
“Kendala saya karena KK masih ditahan di RS Haji karena untuk jaminan waktu itu. Saya belum bisa ambil. Saya rencana Senin mau ke Pak Lurah Gubeng,” katanya.
Suprijadi berharap saat ini KK bisa kembali diurus dengan digabung dia dan anak istrinya dengan cepat. Kerena untuk kebutuhan berobat.(din/dwi/ipg)