Sabtu, 23 November 2024

Sejarahwan Arsitektur Belanda Gandeng UK Petra Teliti Estourgie

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Timoticin bersama Roosmalen dihadapan mahasiswa peserta penelitian arsitektur Estourgie. Foto: Totok suarasurabaya.net

Mengenali berbagai bangunan karya-karya arsitek Estourgie yang besar kemungkinan masih banyak tersisa di Kota Surabaya, Dr. Pauline K.M. van Roosmalen sejarahwan arsitektur asal Belanda menggandeng mahasiswa Arsitektur UK petra untuk melakukan penelitian dibawah arahan Timoticin Kwanda, B.Sc., MRP., Ph.D., dosen Arsitektur UK Petra Surabaya.

“Penelitian ini merupakan hibah penelitian yang sudah kami buat sejak tahun 2016 yang lalu. Karya arsitektur Estourgie belum banyak dikenal para akademis arsitektur serta masyarakat umum Indonesia. Ini yang memancing ketertarikan. Pasti ada karakter khas arsitektur Estourgie yang perlu diinformasikan pada masyarakat juga,” terang Timoticin Kwanda, B.Sc., MRP., Ph.D.

Hibah penelitian dari pemerintah Kerajaan Belanda ini memang bagian dari upaya untuk mengungkapkan berbagai karya arsitektur yang ada di Surabaya khususnya sebagai peninggalan sejarah arsitektur pemerintah kerajaan Belanda yang pernah menjajah Indonesia.

Sebelum dilakukan penelitian, para mahasiswa program studi arsitektur Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, Rabu (11/10/2017) mengikuti workshop dengan menghadirkan dua pembicara yaitu: Dr. Pauline K.M. van Roosmalen sejarahwan Belanda, dan Timoticin Kwanda, B.Sc., MRP., Ph.D.

Dr. Pauline K.M. van Roosmalen adalah sejarawan arsitektur berkebangsaan Belanda yang mengkhususkan diri pada sejarah arsitektur kolonial. Pauline pada paparannya memberi gambaran tentang arsitektur Kolonial Belanda khususnya karya-karya arsitek Estourgie.

Sedangkan Timoticin yang lama bergelut dengan konservasi arsitektural pad aworkshop tersebut menyampaikan tentang nilai sejarah di dalam bangunan kolonial Belanda.

“Setiap bangunan diatas 50 tahun pasti punya nilai sejarah yang unik. Punya karakter khas yang mentgacu pada tampilan keseluruhan bentuk bangunan, bahan, keahlian, detail dekoratif, ruang interior dan fitur, serta lingkungannya,” papar Timoticin.

Sehingga, lanjut Timoticin hal itu sangat menarik untuk disampaikan dan diinformasikan kepada masyarakat luas, sebagai satu diantara bentuk pembelajaran terhadap sejarah perkembangan arsitektur kolonial Belanda.

Peserta workshop, yang nantinya akan melakukan penelitian ini adalah mahasiswa Arsitektur S1 yang minimal memasuki tahun ketiga. Setelah workshop pada hari pertama, dijadwalkan kemudian selanjutnya para mahasiswa melakukan kunjungan lapangan.

Kunjungan lapangan tersebut dipusatkan dibeberapa tempat di Kota Surabaya yang diperkirakan masih akan banyak ditemukan karya-karya arsitek Estourgie. Dan dari kunjungan lapangan itu akan dibahas bersama-sama.

“Kegiatan kunjungan lapangan ini untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan bangunan bersejarah yang dirancang oleh H.L.J.M. Arsitek Estourgie, yang masih ada di Kota Surabaya,” kata Timoticin.

Dari kunjungan lapangan kemudian melakukan diskusi bersama-sama, ujar Timoticin diharapkan nantinya mahasiswa dapat belajar, serta mengungkapkan keunikan bangunan kolonial ini dan nilai-nilai estetikanya, dan mendapatkan pengetahuan tentang masa lalu yang akan mengilhami ekspresi dalam desain bangunan baru di masa depan.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs