Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mempresentasikan kondisi kampung di Kota Pahlawan di hadapan tim juri penghargaan The Lee Kuan Yew Award 2017 saat melakukan penilaian di Balai Kota Surabaya, Senin (25/9/2017).
Risma menjelaskan berbagai macam program yang sudah dilakukan oleh seluruh stakeholders, mulai dari pemkot, jajaran OPD, media, dan masyarakat untuk berperan aktif membangun Kota Pahlawan salah satunya membangun perkampungan di Surabaya.
“Hampir 60 persen wilayah di Surabaya adalah perkampungan yang selalu diidentikkan dengan kondisi yang kumuh, kotor, dan tidak berpendidikan,” katanya.
Oleh karenanya, ia ingin mengubah dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa kampung di Surabaya akan menjadi lebih bersih, aman, nyaman dan tertata ke depannya.
Sebelum presentasi dimulai, Pemkot Surabaya menerima rombongan tim juri Lee Kuan Yew Award yang dipimpin oleh Larry Ng selaku Direktur Grup Arsitektur dan Urban Design Excellence (AUDE), Urban Redevelopment Authority (URA) serta tiga orang lain yakni M. Wong Mun Summ, Prof. Wolf Daseking dan Roslinah Bohari. Mereka berada di Surabaya selama tiga hari mulai tanggal 25-27 September 2017.
Risma mencontohkan kampung pendidikan dimana masyarakat setempat menyepakati bahwa pada waktu belajar televisi tidak boleh menyala. “Tujuannya supaya konsentrasi anak-anak tidak terpecah saat belajar dan kesepakatan ini bisa diterapkan dan mampu dikontrol oleh masyarakat setempat,” kata Risma.
Menurutnya warga yang ada di perkampungan surabaya sebagian besar mampu mengelola sampah secara mandiri, dengan mengubah sampah organik menjadi kompos untuk menanam tanaman.
“Tidak hanya itu, warga juga mengolah sampah kering yang mana hasil penjualannya mencapai 72 juta per bulan,” ujarnya.
Adapun Rumah Bahasa dan Rumah Matematika, yang dapat dijumpai di Kompleks Balai Pemuda, mendorong masyarakat lebih mencintai pelajaran bahasa dan matematika.
Rumah Bahasa merupakan contoh konkret peran aktif relawan yang bersedia mengajar bahasa kepada masyarakat. Relawan bahasa ini datang dari kalangan mahasiswa, akademisi, maupun konsulat jenderal negara-negara sahabat. Kini, tidak kurang dari 13 bahasa dapat dipelajari di Rumah Bahasa secara gratis.
Sedangkan Rumah Matematika menawarkan konsep belajar dengan cara yang menyenangkan dengan diselingi beragam permainan, sehingga matematika kini tak lagi menakutkan bagi anak-anak.
Selain itu, guna mendorong minat baca masyarakat, Pemkot Surabaya membangun taman baca masyarakat (TBM) dan perpustakaan yang dapat dijumpai di balai RW dan taman-taman kota. TBM dan perpustakaan dapat dijumpai di 1.500 titik yang tersebar di seluruh penjuru kota.(ant/ipg)