Kamis, 10 April 2025

Risma Izinkan Kolaborasi dengan Kreator Luar Kota di Co-Working Space Siola

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya saat berbincang dengan para pelaku industri kreatif Surabaya di Koridor Co-Working Space, Gedung Siola Lantai III, Minggu (4/6/2017). Foto: Humas Pemkot Surabaya

Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya meninjau Koridor Co-Working Space di Gedung Siola Lantai III bersama Wahyu Widodo Direktur Bisnis Suara Surabaya Media, serta Yansen Kamto Chief Executive KIBAR, Minggu (4/5/2017).

Saat bertemu dengan puluhan anak muda yang berkecimpung di dunia industri kreatif, Risma menyilakan anak muda kreatif Surabaya mengajak para kreator industri kreatif dari luar kota berkolaborasi di Co-Working Space. Tapi ada syaratnya.

“Silakan ajak teman-temanmu dari luar kota untuk berkolaborasi di industri kreatif, tetapi harus terkontrol dan terdata,” kata Risma.

Risma kembali menekankan, Koridor Co-Working Space ini nantinya akan dibuka selama 24 jam seperti halnya command center yang juga berada di Gedung Siola.

Hanya saja, saat ini, pembangunan koridor anak muda kreatif itu belum seratus persen tuntas. Padahal, Risma sempat bermaksud meresmikannya pada Hari Jadi Kota Surabaya ke-724, yakni pada 31 Mei lalu.

“Belum jadi karena kemarin enggak sampai sebulan persiapannya, ndadak sekali. Apalagi bangunan ini sudah 10 tahun gak ditempati,” kata Risma.

Di Co-Working Space, Pemkot Surabaya akan menyediakan komputer untuk anak muda Surabaya yang tidak mempunyai laptop. Mereka bisa menggunakan komputer ini untuk mengerjakan ide-ide kreatif kolaboratif.

Tidak hanya itu, Risma juga telah memerintahkan para Kepala SKPD Pemkot Surabaya agar secara berkala mengunjungi koridor itu, membantu para kreator muda Surabaya. Baik untuk urusan perizinan, merk, hingga hak paten industri kreatif hasil kolaborasi mereka.

Tak tanggung-tanggung, Risma juga menjanjikan, akan menjembatani anak muda kreatif di Co-Working Space dengan para investor. Tapi Risma membandingkannya dengan di luar negeri. Biasanya, para kreator mencari sendiri investor yang sesuai dengan industri kreatif mereka tanpa melibatkan pemerintah.

“Remaja akan menyesal bila tidak bergerak. Kuncinya adalah kolaborasi dan gotong royong,” ujar Risma.

Di lokasi Co-Working Space ini, atap ruangan yang cukup luas itu akan tetap terbuka tanpa plafon. Akan tetap tampak usuk, tiang, dan instalasi listrik di lokasi itu. Tujuannya, agar muncul motto bagi para kreator yang berkolaborasi di sana, “tidak pernah selesai berkarya.”

Pembangun koridor Co-Working Space ini dilakukan, kata Risma, karena hal ini akan menguntungkan pemerintah. Lokasi itu akan menjadi pembuatan produk kreatif yang sifatnya prototipe. Ini juga langkah pengentasan penggangguran dan upaya mendorong agar para remaja mempunyai usaha sendiri.

Wahyu Widodo Direktur Bisnis Suara Surabaya Media mengatakan, Pemkot Surabaya telah banyak membantu. Menurutnya, sebuah bisnis akan berjalan bila ada yang membutuhkan.

“Start up berbasis teknologi. Mari pikirkan bersama-sama agar Indonesia maju ke depan. Kuncinya adalah kolaborasi dan bekerjasama,” katanya.(den)

Berita Terkait

NOW ON AIR SSFM 100

M. Aprileo Habie

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Belakang Suroboyo Bus

Kebakaran Tempat Laundry di Simo Tambaan

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Surabaya
Kamis, 10 April 2025
27o
Kurs