Sabtu, 23 November 2024

Ribuan Umat Buddha Lakukan Prosesi Waisak di Mendut-Borobudur

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Ribuan umat Buddha dan ratusan biksu dari dalam dan luar negeri melakukan prosesi Waisak 2017 dengan berjalan kaki dari Candi Mendut menuju Candi Agung Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (10/5/2017).

Prosesi tersebut setelah mereka dari 14 majelis agama Buddha melakukan pembacaan paritta, mantra, dan doa-doa secara khusyuk dan bergantian, di depan altar megah, di pelataran sebelah barat Candi Mendut yang dipimpin para biksu dari berbagai dewan sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi).

Dalam prosesi jalan kaki sejauh 3,5 kilometer dari Candi Mendut ke Candi Borobudur mulai sekitar pukul 15.00 WIB itu, berbagai perlengkapan pujabakti Waisak dibawa pula, antara lain relik Sang Buddha, air berkah, api dharma, Kitab Tripitaka.

Sejumlah biksu tampak menjalani prosesi dengan menggunakan kendaraan hias berbentuk kapal. Di sepanjang jalan, mereka menaburkan bunga mawar merah dan putih, serta memercikkan air berkah.

Setiap umat memegang bunga sedap malam dalam prosesi berjalan kaki tersebut. Para biksu dari berbagai dewan sangha Walubi juga berjalan kaki. Barisan lainnya, seperti pembawa lambang Garuda Pancasila, puluhan pembawa bendera Merah Putih, bendera majelis agama Buddha yang tergabung dalam Walubi, pembawa umbul-umbul.

Selain itu, barisan umat yang mengenakan pakaian adat berbagai daerah di Indonesia dan pembawa sejumlah tandu berisi gunungan hasil bumi, seperti padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan.

Siti Hartati Murdaya Ketua Umum Walubi mengatakan prosesi jalan kaki yang dijalani umat bersama para biksu, dari Candi Mendut ke Borobudur itu, sebagai kebiasaan umat Buddha dalam perayaan Waisak setiap tahun.

“Itu suatu gerakan bersama dalam rangka meditasi juga yang disebut meditasi berjalan. Kita berjalan adalah momentum yang paling penting, karena sebagai latihan kesadaran agar pikiran kita tetap teguh, seimbang, tidak terganggu oleh apa yang di luar pikiran kita,” katanya seperti dilansir Antara.

Ia mengatakan perayaan Waisak sebagai kesempatan umat Buddha meningkatkan kebuddhaan yang sesungguhnya ada dalam setiap manusia.

“Manusia harus kembali ke jati diri,” katanya.

Aparat keamanan gabungan berjaga-jaga di berbagai tempat di sepanjang jalur yang dilalui umat Buddha bersama para biksu saat berlangsung prosesi.

Arus berbagai kendaraan umum dari Mendut menuju Candi Borobudur yang juga warisan budaya dunia, dibangun sekitar abad ke-8, masa pemerintahan Dinasti Syailendra, dialihkan ke jalur lain oleh petugas kepolisian.

Masyarakat umum, termasuk wisatawan nusantara dan mancanegara, berdiri di sepanjang tepi jalan antara Candi Mendut hingga depan Pintu 7 Taman Wisata Candi Borobudur yang sebagai pintu masuk umat Buddha bersama para biksu menjalani prosesi Waisak. Mereka berada di tepi jalan tersebut untuk menyaksikan jalannya prosesi tersebut.

Sekitar pukul 17.00 WIB, peserta prosesi tiba di pelataran Candi Borobudur. Berbagai kelengkapan pujabakti Waisak yang dibawa dalam prosesi diletakkan di altar besar dengan patung Buddha di pelataran tersebut.

Sejumlah biksu dan petinggi Walubi kemudian menyalakan lilin panca warna di altar itu.

Puncak perayaan Trisuci Waisak 2017 akan jatuh pada Kamis (11/5/2017) pukul 04.42.09 WIB, di mana umat dan biksu melakukan meditasi di pelataran Candi Borobudur.

Hari Trisuci Waisak bagi umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting bertepatan dengan bulan purnama, yakni kelahiran Sidharta Gautama, Sidharta memperoleh penerangan sempurna sebagai Buddha Gautama, dan mangkat Sang Buddha. (ant/dwi/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs