Setelah proses identifikasi dan olah TKP oleh polisi, Jenazah Sunarji dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Keluarga jenazah turut ke RS diantarkan mobil operasional kelurahan.
Musa (35) putra kedua Sunarji tampak sangat menyesali kebakaran bengkel yang menyebabkan ayahnya meninggal. Dia mengatakan, sudah jadi rutinitas setiap pagi, ayahnya yang memang membuka bengkel itu.
Setiap harinya, bengkel itu dijaga oleh keluarga Sunarji. Saat hari berganti siang, Sunarji pulang ke rumahnya di Jalan Jambangan Gang III digantikan putra bungsunya.
Sedangkan Musa, yang tinggal bersama keluarganya di rumah kos Jalan Jambangan Gang V, menggantikan adiknya saat sore hari sampai malam.
Saat peristiwa itu terjadi, Musa masih berada di rumah kosnya. Beberapa warga datang ke rumahnya mengabarkan bahwa bengkel milik ayahnya terbakar.
Musa dan putrinya yang masih kecil menuju ke lokasi dengan wajah yang memerah dan tampak syok. “Warga tidak ada yang tahu kejadiannya,” katanya, Senin (31/10/2017).
Pernyataan Musa ini ternyata lebih pada ungkapan kekesalan. “Mestinya, kalau bapak itu terjebak di dalam, bapak mestinya teriak minta tolong. Kok tidak segera ditolong,” katanya.
Seperti dijelaskan oleh Chandra Maria Oeratmangun, juga berdasarkan keterangan dari beberapa warga di warung kopi di samping bengkel tambal ban dan bensin itu, warga kesulitan menolong korban.
Api di bengkel itu sangat cepat membesar dan merembet ke bangunan lain di sebelah timur karena keberadaan beberapa botol bensin yang dijual di bengkel itu.
Tidak hanya itu, saat peristiwa itu terjadi, ada sekitar tiga sampai empat motor yang turut terbakar di depan bengkel sehingga warga tidak mampu menembus kobaran api.
Sunarji, ayah Musa, meninggal karena terjebak di dalam kobaran api itu. Pria paruh baya itu meninggalkan seorang istri, tiga orang anak dan beberapa orang cucunya.(den/dwi)