Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengundang 100 tokoh agama dan masyarakat dalam acara Curah Rasa dan Pendapat Para Tokoh Nasional “Refleksi Kebangsaan Merawat Kebhinekaan Untuk Menjaga Keutuhan NKRI”
Tokoh-tokoh yang diundang adalah mereka yang ada diluar pemerintahan di antaranya Mahfud MD, Solahudin Wahid, Try Sutrisno, Bachtiar Nasir, dan Magnis Suseno.
Zulkifli Hasan Ketua MPR RI menegaskan, adanya globalisasi yang digerakkan oleh perdagangan dan kemajuan teknologi saat ini, telah melancarkan arus pergerakan orang, barang, jasa, uang, dan informasi, serta telah memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, tetapi jika tidak diwaspadai dapat menjadi potensi yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk itu, kata dia, perlu ada kesadaran dan komitmen seluruh bangsa untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia dalam upaya untuk mempersatukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, menuju masa depan yang lebih baik
“Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima, dan dihormati, yang kemudian diwujudkan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika,” ujar Zulkifli dalam pidato sambutannya di gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (13/6/2017).
Namun, Ketua MPR menyadari bahwa ketidakmampuan untuk mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat untuk menerima kemajemukan tersebut akan berpotensi mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Zulkifli, dalam sejarah perjalanan negara Indonesia sejak sebelum kemerdekaan sampai saat ini, telah terjadi pergolakan, kerusuhan, dan kekurangstabilan dalam pemerintahan negara yang disebabkan oleh berbagai akibat, diantaranya penyalahgunaan kekuasaan, tidak terselesaikannya perbedaan pendapat, ketidaksiapan masyarakat dalam menghormati perbedaan pendapat dan kemajemukan, maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
“Berbagai akibat tersebut merupakan persoalan yang seharusnya dapat diminimalisir saat ini. Bangsa Indonesia dengan sejarah panjangnya, harus mampu mencegah terjadinya perpecahan yang diakibatkan oleh persoalan-persoalan klasik utamanya adalah terpecahbelahnya persatuan dan kesatuan akibat adanya pengabaian kepentingan bangsa,” ujar dia.
Kata dia, Forum ini dimaksudkan sebagai forum curah perasaan dan pendapat secara jujur dan terbuka untuk membangun saling empati, pemahaman, dan kebersamaan guna memperkokoh kebersatuan dalam ikatan kebangsaan Indonesia. Oleh sebab itu, format dialog dari hati ke hati sangat ditekankan pada forum ini.(faz/iss/ipg)