Angin kencang yang dirasakan dalam dua hari terakhir ini, dampak dari tropical siclon atau badai yang berpusat di Filipina.
Keberadaan Badai yang bernama badai Pakhar ini, kata Ari Pulung Prakirawan BMKG Tanjung Perak, sudah mulai menghilang di daratan.
“Pusatnya berada di Filipina dan jika kami pantau saat ini sudah mulai tipis. Dalam dua hari ke depan, potensinya akan berkurang seiring dengan tinggi gelombang yang juga mulai berkurang,” kata Ari saat berbincang dengan suarasurabaya.net.
Ari mengatakan, dalam beberapa hari terakhir tinggi gelombang di Laut Jawa sampai 3 meter. Dan saat ini ketinggian mulai berkurang dan kondusif.
“Badai Pakhar mengakibatkan gelombang tinggi dan kecepatan angin yang juga berfluktuasi antara 14 sampai 18 knot, sementara normalnya 5 hingga 10 knot saja,” tambahnya.
Karena kecepatan angin cenderung lebih kencang, dia meminta agar masyarakat lebih waspada. Terutama jika terjadi angin yang menyilang atau crosswind.
“Kewaspadaan terutama untuk pengendara motor, sangat bahaya sekali kalau sampai muncul crosswind. Misalnya di Suramadu, angin timur seringkali muncul dengan kencang dan sangat bahaya. Jika itu terjadi, mekanismenya adalah buka tutup jembatan. Dan tidak bisa dipaksakan, jika bahaya harus ditutup,” tambahnya.
Khusus di Suramadu, BMKG dan Jasa Marga sudah memasang perangkat berupa windshoot untuk merekam dan menangkap pergerakan angin. Jika ada peningkatan kecepatan diatas batas 40km/jam maka Jembatan Suramadu khususnya jalur sepeda motor ditutup.
“Secara siklus, di siang hari udara akan memuai dan pembentukan angin lebih kencang dari rata-rata. Sehingga angin kencang memang lebih sering terjadi dibanding malam hari,” kata Ari. (rst)