Sabtu, 23 November 2024

Penderita DBD Meningkat, Ini yang Harus Dilakukan Masyarakat

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengimbau warga Sememi agar bersama-sama memberantas sarang nyamuk, Jumat (13/1/2017). Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) selama dua tahun terakhir mengalami peningkatan meski tidak signifikan.

Pada 2015 lalu, penderita DBD mencapai 900 orang. Sedangkan pada 2016 sedikit meningkat menjadi 920 orang. Peningkatan ini terjadi pada musim hujan akhir 2016.

“Sebenarnya ada penurunan di bulan Januari hingga bulan September, tapi meningkat lagi memasuki musim hujan Oktober sampai Desember kemarin,” kata Febria Rachmanita Kepala Dinkes Surabaya, Jumat (13/1/2017).

Meski penderitanya meningkat, angka kematian akibat DBD menurun pada tahun yang sama. Dari 13 orang meninggal pada 2015 menjadi 7 orang saja pada 2016.

Mengingat angka peningkatan penderita DBD dan kondisi pada Januari 2017 yang masih masuk musim hujan, Pemkot Surabaya mengimbau warga lebih rajin memberantas sarang nyamuk.

Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya dalam Apel Gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 2017 di Lapangan Sememi Jaya mengimbau warga lebih peduli di lingkungan masing-masing.

“Misalkan saya sudah bersih tidak ada sarang nyamuk, tapi rumah sebelah saya menampung air sarang nyamuk, kan sama saja,” ujar Risma.

Pilihannya, kata Risma, hanya dua, malas atau rajin melakukan PSN di lingkungan. Sejatinya, kata Risma, DBD bisa dicegah sejak awal. Kalau di lingkungan tertentu ada yang terserang demam berdarah, berarti ada yang salah dengan tempat itu.

Dampak DBD, kata Risma, juga akan berpengaruh pada masa depan anak. Dia mencontohkan, bila ayah atau ibu pencari nafkah menjadi korban meninggal DBD, bergantung kepada siapa anak mereka?

“Tidak bisa hanya menekan masyarakat saja, bisa saja anak-anak terkena di sekolah, gudang atau pabrik sekitarnya. Jadi penyelesaian masalah ini harus kolektif, kita harus bersama,” kata Risma.

Di wilayah Sememi, Angka Bebas Jentik (ABJ) pada 2016 hanya 59 persen. Padahal standar aman ABJ di suatu wilayah berada di angka 95 persen.

Angka Bebas Jentik (ABJ) didapat dengan penghitungan jumlah penderita DBD di suatu kawasan dibagi jumlah penderita DBD total, lalu dikali 100 persen. Semakin tinggi nilai ABJ semakin bebas wilayah itu dari jentik nyamuk DBD.

Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengimbau masyarakat Sememi agar mau melakukan PSN setidaknya seminggu sekali. Pada kesempatan itu, Risma berharap ABJ Sememi meningkat 90 persen tahun ini.

Program PSN yang dinilai cukup berhasil di wilayah Kota Surabaya adalah di Kawasan Surabaya Utara. Di kawasan itu, nilai ABJ pernah hanya 50 persen.

Dinkes mengakui, Surabaya Utara adalah kawasan DBD yang sulit diberantas. Tapi seiring kepedulian warga secara rutin melakukan PSN, ABJ di wilayah itu meningkat hingga 94 persen.

PSN harus dilakukan bersama. Dinkes mencatat, ada sebagian rumah warga atau kantor di suatu wilayah yang tidak mau dibuka untuk kegiatan ini. Dinkes mengimbau agar seluruh elemen masyarakat bekerja sama.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs