Puluhan pemuda-pemudi Katolik dari Timor Leste, Macau, Banjarmasin, Samarinda, dan Surabaya yang tergabung dalam kegiatan Asian Youth Day 2017 (AYD), Selasa (1/8/2017) mengunjungi kampung lawas Maspati, Surabaya. Pemuda Timor Leste tertarik mencoba bermain engkle atau engklek.
“Ini satu di antara permainan tradisional yang sering dimainkan anak-anak di kampung-kampung Surabaya. Dulu permainan ini menjadi satu di antara permainan menarik yang banyak dimainkan anak-anak. Memainkannya mudah, dan sehat yang pasti,” kata Yanto.
Setiap pemain akan meloncat-loncat mengikuti garis atau bentuk bidang yang digambar di tanah. “Bayangkan saja, setiap pemain akan meloncat berulangkali, beberapa kali untuk mengikuti permainan engkle ini. Gobyos. Berkeringat pasti,” tegas Yanto.
Setelah diberitahu sedikit aturan tentang permainan engkle ini, Michael satu diantara pemuda asal Timor Leste peserta AYD 2017, yang siang itu mengenakan sarung dan udeng khas Suroboyo, langsung menjajal engkle.
Sekali, dua kali, keliru. Selanjutnya Michael terlihat terampil berloncatan dan berpindah dari satu garis ke garis lainnya memainkan engkle ini. “Menarik juga. Lumayan menyenangkan kalau main ini,” ujar Michael tertawa sambil menyeka keringat di dahinya.
Rombongan pemuda Katolik dari beberapa negara dan kota di Indonesia ini, termasuk dari Timor Leste dan Macau sejak Minggu (30/7/2017) hadir di Kota Surabaya, menjelang pelaksanaan Asian Youth Day 2017 yang dihadiri lebih dari 20 negara di Asia dan akan dipusatkan di Yogyakarta pada Selasa (2/6/2017).
Beberapa kegiatan di Surabaya memang ditujukan untuk memperkenalkan keberagaman dan perbedaan. “Seperti di kampung Maspati, Surabaya ini, kami ingin menunjukkan keberagaman masyarakat dan perbedaan tetapi tetap utuh dan satu,” ujar Bimo Ario tejo ketua pelaksana AYD 2017 di Surabaya.
Usai pelaksanaan clossing ceremony di gereja Santo Yakobus, Citraraya, Selasa (1/8/2017) malam, rombongan akan berangkat menuju Yogyakarta.(tok/ipg)