Pemkot Surabaya mengajak masyarakat untuk bergerak lebih banyak dan merencanakan waktunya sebaik mungkin dengan berangkat ke kantor naik sepeda kayuh.
Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengatakan, kalau respons masyarakat Surabaya akan gerakan ini positif, Pemkot Surabaya akan mengadakan peminjaman sepeda kayuh.
Peminjaman sepeda kayuh ini, kata Risma, akan diletakkan di titik-titik pemberhentian angkutan umum. Misalnya, di lokasi pemberhentian trem, kalau sudah mulai beroperasi.
Karena niatnya meminjamkan, pada praktiknya, peminjaman itu bisa dilakukan hanya dengan menggesekkan e-KTP ke mesin pemindai. Pengguna pun tidak perlu membayar uang sewa.
“Pengadaannya nanti bisa kita carikan investor. Ya ngapain kita ngadain sendiri sepeda itu,” katanya.
Untuk sementara ini, Pemkot Surabaya mengajak masyarakat Surabaya untuk mulai terbiasa tidak menggantungkan diri pada kendaraan bermotor pribadi saat bepergian.
Kalaupun tidak memiliki sepeda kayuh, masyarakat diajak untuk memanfaatkan angkutan umum yang telah tersedia dan membiasakan berjalan kaki dari lokasi dia diturunkan ke tempat tujuan.
“Supaya gerak. Turun dari bus atau dari angkot, sudah tidak terlalu jauh dari tempat tujuan, lalu jalan kaki. Toh sekarang pedestrian di Surabaya juga sudah bagus-bagus,” katanya.
Niatan Risma ini bermula dari informasi yang dia dapatkan, bahwa di Indonesia, terutama di kota-kota besar, semakin banyak orang meninggal mendadak (sudden unexpected death) karena serangan jantung.
Sebelumnya Risma juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara paling banyak terjadi sudden death karena serangan jantung, di dunia.
Dia juga membandingkan dengan data di RSUD M. Soewandhie Surabaya, yang mana jumlah orang melakukan operasi jantung, termasuk operasi pemasangan ring jantung, semakin banyak.
“Bahkan hampir setiap hari ada,” katanya. Padahal salah satu faktor utama munculnya penyakit itu karena perilaku masyarakat perkotaan yang cenderung tidak sehat dan malas bergerak.
Selain untuk menjaga kesehatan, berangkat bekerja menggunakan sepeda juga untuk membiasakan masyarakat Surabaya merencanakan waktunya.
“Nanti, ya mohon maaf, kalau ada yang bilang, “naik sepeda jadi datang terlambat,” ya aku bilang, “kenapa enggak berangkat dari kemarin”,” selorohnya.
Risma pun mengatakan, masyarakat sekarang tidak bisa mengukur jarak dan waktu tempuh perjalanan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Ngitung-nya begini. Kalau tahun lalu perjalanannya satu jam, sekarang ya enggak bisa. Montore lho tambah akeh (kendaraannya lho tambah banyak) ya harus berangkat lebih pagi,” ujarnya.(den/ipg)