Pendidikan karakter yang dikembangkan pemerintah harus diikuti dengan perubahan perilaku dan contoh yang baik dari para pejabat. Supaya bisa diikuti oleh masyarakat.
Kalau hanya bisa ngomong tapi tidak bisa memberikan contoh yang baik, masyarakat akan bingung siapa lagi yang harus dijadikan panutan.
Pesan moral ini disampaikan Ustad Fikri Zainudin MZ mubalig muda alumni Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang disampaikan melalui suarasurabaya.net di Jakarta, Jumat (20/10/2017).
Kalau pendidikan karakter itu hanya sebatas retorika, diskusi dan seminar sehebat apapun, kalau tidak diikuti dengan contoh dari para pejabat, pendidikan karakter itu akan sia-sia.
Menurut Ustad Fikri di Indonesia, sudah cukup banyak orang yang pandai berpidato dan ceramah di berbagai seminar tentang karakter tapi yang bisa memberi contoh, jumlahnya masih relatif kecil.
Pewaris dai kondang almarhum KH.Zainudin MZ mengambil contoh tentang korupsi yang dianggap sangat miris dan memalukan.
Hampir setiap hari didengungkan seruan cegah dan berantas korupsi. Tapi berapa banyak pejabat negara mentri, anggota DPR aparat penegak hukum, gubernur, bupati dan walikota yang menandatangani fakta integritas anti korupsi.
“Faktanya pejabat publik yang menandatangani pakta integritas itu, malah menjadi bagian dari korupsi. Bahkan ada walikota yang terkena OTT KPK hanya selang beberapa setelah menandatangani integritas anti korupsi di Gedung KPK. Apa ini bukan memalukan,” kata Fikri Zainuddin.
Muhammadiyah Amin Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama dihubungi terpisah, menjelaskan yang disampat Ustad Fikri itu adalah bagian dari tanda-tanda orang munafik. Yakni tidak adanya kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Menyerukan orang lain jangan korupsi, jangan berbuat yang bisa merugikan orang lain, tapi dia sendiri melakukannya. (jos/dwi/rst)