Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, mengeluarkan peringatan mengenai bagaimana antraks menyebar ke tubuh manusia, yang disebutnya melalui tiga cara penyebaran. Penyakit menular ini umumnya ditularkan melalui hewan, contohnya sapi ternak.
“Antraks ada tiga penyerangannya, melalui kulit karena infeksi luka, melalui pernapasan, dan ketiga lewat pencernaan karena orang itu makan daging (hewan) yang terkena antraks,” kata I Ketut Diarmita Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan di Jakarta seperti dilansir Antara.
Diarmita mengatakan infeksi luka pada manusia bisa menjadi media penyebaran antraks ke kulit. Sementara itu, paru-paru akan terserang jika spora antraks terhirup ke saluran pernapasan.
Ia menjelaskan musim hujan yang mengurangi intensitas sinar matahari membuat spora antraks dengan bakteri bacillus anthracis sebagai penyebab penyakit ini, naik ke permukaan dan memudahkan penyebarannya melalui hewan.
“Jika sapi tersebut makan rumput dan tidak ada kekebalan, sapi terkena antraks. Sapi yang terkena antraks jangankan dipotong, dibuka saja tidak boleh karena sporanya akan terbang dan jika kita hirup terkena paru-paru,” kata dia.
Ia mengimbau masyarakat pemilik hewan ternak, baik sapi, kambing maupun domba untuk waspada dan tidak menyembelih ternak yang mati mendadak.
Diarmita mengakui antraks adalah penyakit bersarang pada tanah ini yang sulit diberantas, namun mudah dikendalikan karena penyebabnya bakteri, bukan virus yang mewabah.
Dinas Kesehatan dan masyarakat pun harus bisa mengendalikannya dengan memvaksin hewan ternak setiap enam bulan secara berkala agar bebas dari antraks.
Pencegahan antraks ini berkaitan dengan beredarnya di jejaring sosial media bahwa beberapa orang terjangkit antraks.
Kasus itu muncul setelah tersebar surat pemberitahuan No.YK.01-02/I/1222/2017 dari RSUP Sardjito kepada Dinas Kesehatan Sleman bahwa korban HA kelahiran 18 Maret 2008 itu meninggal dunia akibat virus antraks.
Namun, Dinas Kesehatan Sleman dan RSUP Sardjito membantah isi surat ini. Tidak hanya surat, pesan berantai di grup-grup warga pun bermunculan.
Pesan berantai ini meminta masyarakat menghindari wilayah Godean dan Sardjito. Dalam pesan berantai itu, warga dilarang memakan daging sapi. (ant/dwi)