Banjir yang terjadi di Benowo-Sememi dan sekitarnya pada Jumat (17/2/2017) kemarin, lebih parah dari biasanya. Selain karena curah hujan tinggi di bulan ini, di antara penyebabnya pembangunan drainase harus berpacu dengan tumbuhnya properti di Surabaya Barat.
Samsul Hariadi Kepala Bidang Pengendalian Banjir Dinas PU Binamarga dan Pematusan Kota Surabaya mengatakan, dari hasil evaluasi, penyebab banjir kemarin karena curah hujan tinggi. Sebab, menurut prakiraan BMKG bulan Februari ini memang curah hujan paling tinggi.
“Selain itu, pembangungnan drainase yang kami lakukan berpacu dengan tumbuhnya gedung-gedung properti di Surabaya Barat,” ujarnya kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (18/2/2017).
Masalah sampah, kata Samsul, juga masih menjadi tren penyebab banjir di Surabaya barat. Sampah di Bozem Morokrembangan misalnya yang paling banyak. Dalam setiap hujan deras, bisa sampai 20-25 truk sampah di Pintu Air Greges.
“Sampah itu buangan warga dari Simo, Petemon, Banyuurip,” katanya.
Selain itu, penyebab banjir di Sememi juga karena tanah di kawasan itu memang lebih rendah dari kawasan Gresik. Kalau diukur ada beda tinggi 30 meter dari arah Gresik. Sehingga, air turunnya cepat menuju Sememi. Maka dari itu, Pemerintah Kota juga berencana membangun semacam peredam air seperti kisdan dan pintu air di beberapa titik yang lebih tinggi dari Sememi.
“Misalnya di daerah Bukit Palma, Citraland, dan perbatasan Surabaya-Gresik, kami rencananya membangun kisdam atau bisa pintu air agar masih bisa diredam turunnya air ke Sememi. Tapi ini masih wacana, kami tuntaskan dulu box culvert,” katanya.
Samsul mengatakan, pembenahan saluran juga akan dilakukan di kawasan belakang Gelora Bung Tomo.
“Kami usahakan ada pembenahan saluran air, termasuk di Pasar Benowo, Beji dan sekitarnya. Anggarannya Rp2 miliar,” katanya. (bid/ipg)