Gunung Agung berpotensi mengalami erupsi susulan karena tremor masih terus terjadi dan terekam seismograf hingga saat ini, kata Devy Kamil Syahbana Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kamis (30/11/2017).
“Hingga saat ini aktivitas erupsi Gunung Agung masih berlangsung. Walaupun sinyal tremor ini tinggi, namun saat kondisi rendah emisi abu tetap terus berlangsung,” katanya saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung Desa Rendang di Karangsem seperti dilansir Antara.
Data-data satelit, menurut dia, menunjukkan pertumbuhan lava di dalam kawah Gunung Agung dan potensi erupsi setelah letusan pembuka mulai Selasa (21/11/2017) terus terjadi dan pada Sabtu (25/11/2017) letusan Gunung Agung bertransisi dari erupsi freatik menjadi erupsi magmatik.
Ia menyatakan belum dapat memperkirakan apakah letusan susulan akan besar.
“Potensi erupsi Gunung Agung masih besar dan kami terus mengikuti perkembangan data seperti apa dan melakukan assesment seperti apa maupun mengestimasi kira-kira seluas apa ancaman bahayanya,” katanya.
Berdasarkan penilaian PVMBG, hingga saat ini potensi erupsi masih ada dan zona radius bahaya ditetapkan delapan kilometer dari puncak gunung dengan perluasan sektoral masih 10 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, selatan, dan barat daya.
Getaran 3,1 Skala Richter yang terjadi di kawasan gunung pada Rabu (29/11/2017), menurut dia, mengindikasikan masih adanya suplai magma.
Saat ini, kata Devy, jalur magma sudah terbuka hingga permukaan kawah Gunung Agung sehingga gempa-gempa dengan kekuatan di bawah 10 Skala Richter sudah bisa mengakibatkan erupsi.
PVMBG merekam 32 kali aktivitas vuklanik selama 24 jam pada Rabu (29/11/2017) dan pada hari berikutnya hanya merekam lima kali gempa vulkanik.
“Baru saja terekam tremor menerus yang mengindikasikan masih terjadinya erupsi Gunung Agung dan tremor ini masih berlangsung hingga saat ini, durasinya masih dihitung,” katanya. (ant/dwi/ipg)