Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengkonsolidasikan seluruh Netizen NU secara nasional untuk melawan berita hoax. Salah satunya ratusan netizen yang ada di Jatim.
Helmy Faishal Zaini Sekjend Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengatakan, pembentukan netizen NU ini dilakukan bergantian seluruh kota di Indonesia. Yang sudah terbentuk diantaranya Jakarta, Bandung, Cirebon, Pekalongan dan Surabaya.
“Hari ini di Jatim, selanjutnya nanti di Yogyakarta, Banten, Aceh dan seluruh Indonesia,” ujarnya di Kantor PWNU Jatim, Minggu (29/1/2017).
Helmi mengatakan, tugas Netizen NU ini adalah melakukan counter narasi (narasi balik), konsolidasi dengan membuat diskusi di dalam grup dan melakukan advokasi atau melawan hoax tidak dengan hoax.
Hal ini didasari atas beberapa hasil reseach yang menunjukkan pengaruh informasi cukup membayahakan persatuan dan kesatuan NKRI. Dia mengatakan, menurut survei global dari The Pew Research Center, sebanyak 10 juta warga negara Indonesia atau empat persen dari penduduk Indonesia mendukung gerakan ISIS. Hasil reseach itu menunjukkan yang mendominasi adalah anak-anak muda atau masyarakat yang sadar medsos.
“Ini membuktikan bahwa banyaknya generasi yang menerima begitu saja faham-faham atau ideologi transnasional, tanpa dibarengi dengan literasi. Kehadiran netizen NU ini membawa tawaran masyarakat literasi,” katanya.
Dalam netizen NU ini yang lebih banyak terlibat dari jalur kultural organisasi. Jadi, para relawan yang tidak masuk struktur NU yang nantinya aktif jadi satgas anti hoax ini.
Berjalan dua bulan, para netizen dibagi tugas menjadi tiga tugas pokok, ada yang mengurusi content, mengkonsolidasikan, dan mengadvokasi.
“Jika ada info Hoax dari situs tertentu akan disikapi dengan pendekatan dulu agar mencabut informasi itu, tapi kalau masih menolak dilaporkan ke polisi,” katanya.
Ada puluhan sampai ratusan situs yang dinilai menyebarkan berita hoax. Selama ini sudah masuk dalam radar tim ciber NU. Selain dipublish di internal tim, data situs hoax itu diserahkan ke pemerintah untuk disikapi.
Tim Netizen NU juga membuat video grafis yang berisi panduan menyikapi informasi hoax, yaitu apabila menerima berita hoax jangan disebar karena bagian dari fitnah, segera hapus dan laporkan polisi.
“Video-video ini banyak sekali diproduksi oleh netizen NU untuk memberi informasi pada publik bahaya hoax dan apa yang harus dilakukan,” katanya.
Sementara, M. Nur Arifin Ketua Bidang IT dan Media GP Ansor Jatim mengatakan, Netizen NU ini juga bagian dari Ansor Banser Cyber Media. Tujuannya untuk menjauhkan hoax dan ujaran kebencian dari masyarakat.
Menurut Gus Ipin, sekarang ini gadget menjadi alat yang riskan menjadi pemicu perpecahan karena dimanfaatkan untuk menyebar informasi tidak benar atau hoax.
“Pertemuan ini melibatkan 200 orang netizen dari beberapa komunitas IT dari berbagai daerah. Selanjutnya, mereka tergabung dalam grup WhatsApp untuk memfilter berita-berita yang meragukan. Di situ jadi ajang diskusi untuk melakukan counter hoax,” katanya.
Dalam launching netizen NU ini juga turut hadir Saifullah Yusuf Wakil Gubernur Jatim, M Nur Arifin Wakil Bupati Trenggalek yang juga Ketua Bidang IT dan Media GP Ansor Jatim dan para pengurus GP Ansor Jatim. (bid/dwi)