Nyekar Jelang Ramadhan Jadi Ajang Reuni Keluarga

Tidak sekedar berkirim doa kepada leluhur, tradisi nyekar jelang Ramadhan ternyata jadi ajang reuni dan kumpul keluarga setelah sekian lama tidak berjumpa, dan bersua.

Tradisi berkirim doa di pusara leluhur atau dikenal nyekar pada masyarakat khususnya Jawa menjelang pelaksanana puasa Ramadhan ternyata sekaligus jadi ajang berkumpul, bereuni dan bersilaturahmi diantara keluarga setelah sekian lama tidak berjumpa.

“Kami sekeluarga 5 bersaudara dan semuanya tinggal terpencar dibeberapa kota di Jawa. Saat Ramadhan biasanya kami berkumpul dan saat nyekar kami datang bersama. Tidak sekedar berdoa untuk leluhur tapi sekalian kumpul keluarga,” tutur Bambang Pitono warga Ngagel.

Bambang bersama keluarga biasanya memang nyekar kemakam leluhur keluarga sebelum Ramadhan dan sebelum Idul Fitri. Sebelum nyekar, masing-masing anggota keluarga saling menginformasikan kapan akan datang untuk bersama-sama nyekar.

“Dan kebetulan hari ini libur nasional, jadi kami semua bisa berkumpul, kemudian nyekar bersama. Setelah itu, kumpul disatu diantara rumah keluarga di Surabaya. Biasanya sambil makan-makan gitu saja. Yang pasti nyekar akhirnya bikin kami sekeluarga berkumpul,” ujar Bambang.

Suasana tempat pemakaman umum (TPU) Ngagel, Kamis (25/5/2017) tidak seperti biasanya. Terlihat keluarga-keluarga berdatangan melakukan ziarah makam atau nyekar. Suasana lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Pemandangan tidak jauh berbeda juga terpantau dikawasan TPU Karah, Surabaya. Puluhan keluarga memanjatkan doa di pusara para leluhur didampingi anak-anak serta kerabat. Memanjatkan doa menjelang puasa Ramadhan yang tinggal beberapa hari saja.

“Kami datang dari Mojokerto. Soalnya dulu leluhur kami dimakamkan di Karah. Kami dulu pernah tinggal di Karah. Sekarang akhirnya kumpul dimakam dan saling cerita juga. Nyekar sambil reuni keluarga. Habis ini makan bakso rame-rame,” ujar Hidayat yang ditemani cucunya.(tok/rst)