Jumat, 22 November 2024

Miniatur Jembatan Suramadu akan Dibangun di Anjungan Jatim

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Jurnalis dari berbagai media yang mengikuti liputan khusus di Anjungan Jawa Timur TMII, Jumat dan Sabtu (17-18 November 2017). Foto: Jose suarasurabaya.net

Jurnalis dari berbagai media yang mengikuti liputan khusus di Anjungan Jawa Timur TMII, Jumat dan Sabtu (17-18 November 2017) kagum setelah mendapat penjelasan dari pengelola Anjungan dan kepala badan penghubung Pemprov Jatim soal fungsi dan peran Anjungan di TMII yang dibangun atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, Istri Presiden ke-2 RI.

Nyatanya tidak seluruhnya mengetahui keberadaan Anjungan Jatim ini. “Saya sering ke Jakarta, tapi baru kali masuk ke Anjungan,” kata seorang Media Online sambil berselfie dengan latar belakang rumah adat Madura dan karapan sapi.

Provinsi Jawa Timur beribukota Surabaya yang dikenal sebagai kota Pahlawan. Sejarah mencatat bahwa daerah ini pernah menjadi pusat kerajaan besar, Majapahit dengan tokoh negarawan Gajah Mada. Bekas-bekas kebesaran itu kini masih ada, berupa Candi dan reruntuhannya yang tersebar di beberapa tempat.

Winarno bidang kesenian Anjungan Jatim yang memandu wartawan berkeliling anjungan mengatakan, untuk mengenal Jawa Timur dalam lingkup yang lebih kecil di TMII anjungan daerah ini dibagi menjadi tiga bagian. Halaman pertama (bagian depan) menggambarkan sejarah dan kesenian Jawa Timur.

Halaman ini ditandai dengan dua buah patung, Kotbuto dan Angkobuto, yang mengapit jalan masuk ke anjungan.

Menurut cerita, patung tersebut merupakan gambaran patih kembar dari Blambangan, selagi diperintah oleh Menak Jinggo. Di halaman ini juga dibangun kompleks percandian Penataran di Blitar dalam ukuran yang sebenarnya, dilengkapi dengan sebuah patung Ganesya di dalamnya dalam mitologi Hindu, Ganesya melambangkan keperkasaan dan ilmu pengetahuan.

Keagungan kerajaan Majapahit digambarkan dalam bentuk relief “Penobatan raden Wijaya” sebagai raja Majapahit Pertama. Diperagakan pula adegan Sumpah Palapa dimana patih Majapahit, Gadjah Mada bersumpah akan menyatukan nusantara. Patung kerajaan sapi dengan latar belakang perbukitan kapur utara menggambarkan permainan dan tontonan dari pulau Madura yang amat terkenal.

Halaman ke dua (tengah) anjungan Jawa Timur menggambarkan alam perjuangan. Di halaman ini berdiri tegak sebuah tugu tinggi meruncing yang bersegi 10 dan mempunyai 11 keratan. Itu adalah tiruan Tugu Pahlawan Surabaya yang dibuat kecil dengan skala 1:15. Di depannya nampak patung Patriot Bambu Runcing yang menggiatkan kita betapa gigihnya para pahlawan dalam melawan dan mengusir penjajah, dan betapa banyaknya yang gugur sebagai kusuma bangsa pada saat itu. Perjuangan Arek-arek Suroboyo itu tergambar pada relief pertempuran 10 November 1945, yang menceritakan sejak peristiwa penyobekan bendera merah putih biru sampai dengan penghancuran markas kompeitei, tempat dimana tugu aslinya kini berdiri megah, tepat di depan kantor Gubernur Surabaya. Di halaman ini juga terlihat bangunan tiruan Menara Mesjid Ampel. Sejarah mencatat bahwa diantara 9 tokoh penyebar agama Islam di Jawa timur yang terkenal dengan sebutan Wali Sanga, 4 diantaranya berada di Jawa timur, yaitu Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Drajat.

Halaman ketiga anjungan Jawa Timur menggambarkan alam pedesaan. Di halaman ini terlihat beberapa rumah adat, dimana sebuah rumah kepala desa, lengkap dengan pendopo dan kenthongannya, merupakan bangunan induk anjungan ini. Bangunan tersebut aslinya berasal dari Ponorogo sedangkan rumah dalam yang menyatu dengan pendopo itu aslinya dari Pacitan yang sengaja diboyong ke TMII untuk menggambarkan bentuk arsitektur tradisionalnya secara asli dan utuh.

Dwi Suyanto Kepala Badan Penghubung Daerah Pemprov Jatim di Jakarta melengkapi penjelasan Winato dengan mengatakan setiap hari Minggu di Anjungan ditampilkan kesenian dari 38 daerah di Jatim secara bergiliran.

“Kalau masyarakat ingin melihat kesenian tradisional seperti Reog Ponorogo, Gandrung Banyuwangi, Tayub, Ludruk, Tari Remo dan tari topeng dari Malang datang saja di Anjungan Jawa Timur,” kata Dwi.

Selain mementaskan kesenian tradisional, juga menyediakan masakan khas Jawa Timur seperti rujak cingur, rawon, nasi pecel, tahu campur, soto serta produk unggulan UMKM.

Setelah berkeliling anjungan, Fiqih Arfani wartawan Antara mengusulkan supaya anjungan dilengkapi miniatur jembatan Suramadu yang menjadi kebanggaan Jawa Timur.

Samad Widodo pengelola Anjungan Jatim menyambut baik usulan ini. “Kami perhatikan, ini saran yang menarik,” kata Samad sambil mengajak para wartawan makan siang dengan menu rawon, pecel, rujak cingur dan es kelapa muda. (jos/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs