Jumat, 22 November 2024

Memetri Kriya Menjaga Warisan Budaya

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Sebuah bentuk seni kriya logam yang cukup unik dan menarik. Foto: Lahiya.com

Bermula visi yang sama menjaga keaslian warisan budaya (memetri) sebagai identitas bangsa ditengah kemajuan teknologi, House of Sampoerna (HoS) bekerjasama dengan Unesa Jurusan Seni Rupa menggelar Memetri Kriya.

Seni kriya adalah sebutan untuk karya yang penggarapannya sarat dengan ketrampilan tangan, mempunyai nilai estetika yang tinggi, namun tetap fungsional.

Pada seni kriya, para Pande atau Kriyawan berkreasi dengan menggunakan teknik warisan para leluhur, seperti karya kriya logam dengan teknik ukir menggunakan alat pahat ukir logam dan landasan jabung, kriya keramik dengan teknik tekan, pilin dan bidang, karya batik dengan menggunakan canting dan malam sebagai perintang warna dan kriya kayu dengan teknik ukir menggunakan pahat ukir kayu.

Pada perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, beberapa bahan maupun peralatan sudah tidak lagi dapat ditemukan, dan harus digantikan dengan peralatan yang lebih modern. Namun untuk menciptakan karya yang beridentitaskan Indonesia, peralatan modern ini digunakan hanya sebagai alat penunjang. Keterampilan tangan para Pande tetap merupakan modal utama penciptaan sebuah karya kriya.

Penciptaan kriya berkonsep kekinian dengan tetap menjaga proses pembuatannya sesuai dengan warisan Pande leluhur, dapat dilihat pada karya yang ditampilkan oleh Jafar Huda Cahyanto berjudul Maha Atma, yang menggunakan logam wudulan dan endak-endakan yang diukir indah pada tembaga, beton eser dan kayu mahoni.

Juga tak kalah unik adalah karya Singgih Prio Wicaksono dengan judul Konsumsikillme, karya pahatan yang menggunakan media kayu mahoni, sampah kemasan dan resin ini dimaksud untuk mengkritisi budaya konsumerisme yang tumbuh pesat di masyarakat saat ini, yang tanpa disadari akan menimbulkan dampak kerusakan pada ekosistem.

Tidak hanya para mahasiswa, dosen pengampu dan alumni pun ikut menghadirkan kurang lebih 30 karya kriya yang melibatkan 16 peserta dari FBS Unesa antara lain Achmad Nuries, Achmad Hozairi, Chrysanti Angge, Cokro Retantoko, Faisall Wilma, Fera Ningrum, Huda Cahyanto, Muchlis Arif, Muhamad Taufik, Nurul Dwi Injaya, Okiek Febrianto, Prastyawan, Singgih Prio, Sofia, Marwati, Sulbi Prabowo, Wahyu Ferdiyan.

“Pameran Memetri Kriya ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa Jurusan Seni Rupa Unesa, khususnya dan para penikmat seni pada umumnya untuk terus menjaga, mempertahankan serta melestarikan warisan budaya leluhur melalui sebuah karya seni,” terang Indah Chrysanti Angge Dosen pengampu mata kuliah Kriya Logam.

Sementara itu bagi Ina Silas general Manager HoS bahwa teknologi modern yang ada saat ini justru tidak untuk menenggelamkan nilai-nilai tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Tetapi justru peluang dalam proses berkreasi.

“Kemajuan teknologi milenial bukan untuk menjadi sebuah pembenaran ikut terseret dan menjauh dari identitas bangsa. Teknologi justru adalah sebuah peluang dalam proses berkreasi, yang bukan untuk mendominasi dan menenggelamkan nilai-nilai tradisi yang telah tumbuh turun menurun di masyarakat tradisional,” papar Ina Silas, Senin (20/11/2017).

Memetri Kriya dijadwalkan digelar di Galeri House of Sampoerna, mulai 24 November 2017 hingga 6 Januari 2018, dan terbuka untuk masyarakat umum.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
34o
Kurs