Jumat (27/1/2017) malam nanti umat Tri Dharma dan Konghuchu di Kota Surabaya akan mengikuti sembahyang bersama menjelang pergantian tahun baru dalam tradisi masyarakat Tionghoa. Atau biasa dikenal dengan sembahyang Imlek.
“Biasanya yang ramai memang menjelang jam 12 malam. Karena mendekati dengan malam pergantian tahun Imlek. Umat bersama keluarga akan datang ke klenteng-klenteng untuk memanjatkan doa bagi kesejahteraan keluarga, kesehatan tahun mendatang,” terang Leo pengurus klenteng Hong Tiek Hian Jl. Dukuh Surabaya.
Menurut Leo umat lebih memilih sembahyang malam hari lantaran bisa berkumpul dan bertemu dengan keluarga, kerabat serta kawan-kawan. “Kalau siang atau sore hari mungkin masih harus bisnis. Kalau malam biasanya memang waktunya kumpul keluarga. Kumpul kawan,” ujar Leo.
Imlek, lanjut Leo, biasanya memang tidak dimaknai sekedar sembahyang menuju pergantian tahun baru saja. Lebih dari itu, Imlek dipercaya sebagai saat tepat untuk berkumpul bersama keluarga, kerabat dan kawan-kawan.
“Oleh karena itu, biasanya setelah sembahyang, keluarga-keluarga kumpul, makan-makan, pokoknya kumpul keluarga, kawan-kawan gitu. Yang tua ketemu sama yang muda, kerabat yang tidak pernah ketemu, ngumpul bersama sambil menunggu tahun baru,” kata Leo.
Persiapan untuk kedatangan umat yang akan melakukan persembahyangan bersama menjelang pergantian tahun baru Imlek 2568 juga terlihat di klenteng Hong San Ko Tee di Jl. HOS Cokroaminoto, Surabaya.
Sederet lilin warna merah dengan tinggi rata-rata hampir 2 meter terjajar rapi didekat altar persembahyangan klenteng. “Tengah malam nanti pasti penuh klentengnya. Umat sembahyang bersama menjelang Imlek. Biasanya memang paling ramai tengah malam,” kata Yuliani pengurus klenteng Hong San Ko Tee.
Sementara itu, sekurangnya 540 personel gabungan yang berasal dari Polri, TNI dan Pemkot Surabaya, demi memberikan kenyamanan, keamanan masyarakat yang akan menlaksanakan sembahyang bersama jelang Imlek, dijadwalkan bakal melakukan pengamanan klenteng di Surabaya.(tok/rst)