Rully Chairul Azwar Ketua Lembaga Pengkajian (lemkaji) MPR RI mengatakan, lembaga yang dipimpinnya menganggap kondisi pendidikan nasional saat ini belum sebaik yang diharapkan. Masih banyak persoalan yang mengiringi pelaksanaan pendidikan nasional, meskipun anggaran negara yang diperuntukkan bagi pendidikan merupakan yang terbesar dibanding sektor-sektor lain, atau sebesar 20% anggaran APBN, mencapai Rp 416,1 triliun, untuk tahun 2017.
Salah satu bukti adanya persoalan pendidikan adalah turunnya peringkat daya saing Indonesia. Pada 2015-2016 posisi Indonesia berada pada peringkat ke 37 dari 138 negara. Namun pada periode 2016-2017 posisi Indonesia turun ke urutan 41, dibawah Malaysia (18), Singapura (2) dan Thailand (32).
Pernyataan itu disampaikan Rully dalam konferensi Pers, Jumat (20/10/2017), dalam rangka Roundtable discussion “Mencerdaskan kehidupan bangsa : Pendidikan Nasional menurut UUD NRI Tahun 1945”.
Ikut hadir pada konferensi Pers tersebut para pimpinan Lembaga Pengkajiam MPR, yaitu Ahmad Farhan Hamid, Djafar Hafsah, I Wayan Sudirta, Andi Matalatta dan Syamsul Bahri
Round Table discussion tersebut akan digelar pada 24 Oktober di Nusantara IV komplek parlemen, Senayan, Jakarta. Sebanyak 25 pakar pendidikan akan hadir pada acara tersebut, diantaranya Arief Rachman, Satrio Brodjonegoro, Din Syamsudin, dan Anwar Arifin.
Persoalan lain yang menjadi bukti adanya masalah pada sistem pendidikan nasional adalah data yang disampaikan Unicef pada 2016. Dalam data itu disebutkan, sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak menikmati pendidikan lanjutan. Dengan alasan faktor ekonomi dan budaya.
“Ini adalah bukti yang nyata bahwa sistem pendidikan kita masih diliputi berbagai persoalan. Karena itu kita ingin mencarikan solusi, agar ke depan cita-cita mencerdaskan bangsa bisa segera tercapai,” kata Rully. (faz/bid/ipg)