Amien Widodo Koordinator Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS Surabaya mengatakan, longsor yang terjadi di Ponorogo bukanlah kejadian yang datang tiba-tiba. Longsor selalu saja memiliki tanda-tanda yang khas dan kasat mata yang sebenarnya bisa diantisipasi sejak dini.
“Hasil kajian ITS di sekeliling Gunung Wilis mulai dari sisi Kediri, Madiun, Ngrayun-Ponorogo, Tulungagung sudah menunjukkan bahwa kawasan sekililing Wilis memang rawan longsor,” kata Amien, Sabtu (1/4/2017).
Menurut dia, ada beberapa tanda-tanda akan bencana longsor yang sebenarnya bisa diamati dan diantisipasi. Tanda itu diantaranya adalah :
1. Adanya longsoran kecil
2. Retakan-retakan di tanah dan di tembok atau pagar rumah
3. Pohon yang tumbuh miring atau tiang listrik miring
4. Pohon yang terangkat dan terlihat akarnya
5. Sumur yang tiba-tiba hilang airnya
6. Pintu dan jendela rumah sulit untuk dibuka atau ditutup
Menurut Amien, selama ini ada salah persepsi terkait istilah “Tanah Gerak” yang berkembang di masyarakat dan dianggap biasa oleh masyarakat maupun pemerintah.
“Padahal jika ada retakan tanah di lereng, hampir dipastikan ini tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor,” kata Amien Widodo.
Bagi masyarakat yang bermukim di kawasan rawan longsor, bisa melaporkan kalau melihat tanda-tanda tanah mau longsor dan harusnya segera di survey untuk penanganan segera.
“Jika melihat foto-foto di longsor Ponorogo sangat terlihat di lereng yang longsor sama sekali tidak ada pohon besar, sebagian besar hanya tampak tanaman musiman sehingga sama sekali tidak terlihat adanya akar pohon besar yang bisa mengikat tanah,” ujarnya. (fik)