Realisasi dari keinginan saling berbagi tentang perkembanganbatik lukis di masing-masing kota, sepuluh pembatik dari tiga kota Madiun, Ponorogo dan Surabaya, yang tergabung Komunitas Batik Lukis Jawa Timur, menggelar Laras di galeri HOS, 7 April sampai 29 April 2017.
Laras atau selaras adalah penyatuan persepsi dalam seni, terwujud kolaborasi estetika karya. Ragam latar belakang masing-masing pembatik berpengaruh terciptanya karya indah kaya motif, karakter khas tiap pembatik.
Semuanya dikemas secara dalam 30 karya batik lukis oleh Basuki Ratna K, Firman Batik Teyeng, Guntur Sasono, Heru Susanto, Imam Subandi, Pengky Gunawan, Prima Amri, Suharwedi, Tjiplies Pudji Lestari dan Yudi.
Tidak seperti umumnya batik konvensional, pengerjaan karya batik lukis yang dipamerkan mengeksplorasi media yang beragam serta teknik membatik kontemporer yang berbeda-beda.
Pada karya Tjiplies Pudji Lestari, alih alih melakukan proses pencelupan selayaknya proses pewarnaan pada batik konvensional, pembatik asal Surabaya ini menggunakan kuas untuk menoreh warna-warna anggun pada motif-motif floral di atas kain sutra.
Proses lorot yang diaplikasikan pun tidak selamanya mengikuti metode konvensional. Tjiplies memanfaatkan panas dari setrika sebagai alternative cara me-lorot-kan malam,yakni dengan menggunakan alas kertas koran di atas kain sutra bermalam sebelum disetrika.
Lain halnya dengan Firman Batik Teyeng yang mengeksplorasi motif batik dengan menggunakan kain dan alat yang telah terpengaruh proses oksidasi. Firman memanfaatkan besi berkarat dan menempelkannya pada kain mori basah agar tercetak bentuk abstrak karat pada kain sehingga menciptakan motif unik dan segar.
Proses oksidasi yang tidak dapat diprediksi hasilnya justru menjadi tantangan tersendiri yang menarik untuk dieksplorasi seluas-luasnya dan memunculkan aksen tabrak warna pada pola yang digambar nantinya.
Komunitas Batik Lukis Jawa Timur menggelar pameran perdana di House of Sampoerna (HoS) dengan tiga orang anggota Guntur Sasono (siGun), Nusa Amin, dan Prima Amri.
Sejak berpameran di House of Sampoerna, komunitas ini berkembang dengan jumlah anggota saat ini berjumlah lebih dari sepuluh orang.
Dengan terselenggaranya pameran batik lukis untuk kedua kalinya ini, diharapkan menambah wawasan masyarakat akan ragam batik yang tidak hanya melulu dimanfaatkan untuk kebutuhan sandang, namun juga dipergunakan sebagai sarana mengekspresikan diri akan kecintaan terhadap nilai-nilai seni dan tradisi bangsa.(tok/iss)