Sekolah Dasar (SD) swasta unggulan dipastikan harus menjalankan upaya yang lebih besar agar kualitas peserta didik yang diinginkan tidak turun setelah larangan tes membaca, menulis, dan berhitung (Calistung) masuk SD diberlakukan.
Menurut Edi Purwanto Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri Sidoarjo, pihaknya memang memberlakukan tes masuk dengan standar yang sudah ditetapkan. Sedikitnya ada lima item ujian meliputi baca, tulis, hitung, kemampuan dasar motorik kasar dan halus, psikotes sampai mengaji.
Ini dilakukan karena SDIT Nurul Fikri ingin mendapatkan kualitas lulusan sesuai standar yang ditetapkan, yakni perilaku yang akhlakul kharimah, cakap dalam kompetensi kognitif, dan cakap dalam life skill.
Dalam Kurikulum 2013 (K-13), attitude dan afeksi memiliki bobot yang paling tinggi dbandingkan aspek kognitif. Dengan input peserta didik yang dikurangi item pengukurannya, Edi yakin perlu dilakukan inovasi khusus karena perilaku sangat ditentukan juga oleh kemampuan kognitif dan sebaliknya.
Berikut penjelasan Edi Purwanto Kepala Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri Sidoarjo: {clip*1}
Ujian masuk di SDIT Nurul Fikri Sidoarjo juga berfungsi sebagai pemetaan potensi peserta didik. Dengan pemetaan ini, guru bisa melakukan treatment peserta didik secara personal. Potensi peserta didik juga bisa optimal dikembangkan lewat data dari tes masuk.
Dengan pemberlakuan larangan ujian masuk SD, kata Edi, pihaknya akan melakukan diskusi dengan seluruh tim pengajar dengan target agar kualitas pendidikan di sekolah itu tidak menurun.
Sebelumnya, larangan ujian masuk SD juga berpengaruh di jenjang pendidikan usia dini dan Taman Kanak-kanak. Selama ini TK juga memberikan beban materi Calistung agar siswa lulus SD yang memberlakukan tes masuk terutama di SD swasta.(edy/iss/ipg)