Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wamena, Provinsi Papua mengimbau kepada masyarakat adat dan pelaku perekonomian agar ikut mencegah lapisan es di Puncak Jayawijaya lenyap. Jika tidak ditangani dengan baik maka pada 2020 lapisan es akan hilang.
Benny Marlissa Kepala BMKG Wamena di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Jumat (9/6/2017) mengatakan penebangan hutan yang cukup tinggi berpeluang melenyapkan es di Puncak Jayawijaya.
“Melalui aktivitas yang berlangsung terus tanpa pengawasan dari pemeritah maka dampaknya lapisan es yang tebal makin menyusut. Kita lihat di Wamena penebangan di mana-mana tanpa kontrol, karena masyarakat merasa bahwa mereka punya hak ulayat,” katanya seperti dilansir Antara.
Benny menyadari penebangan hutan didasari pemenuhan kebutuhan ekonomi. Namun ia mengharapkan adanya tindakan penanaman ulang pohon.
“Bukan hanya masyarakat adat, masyarakat pengelola ekonomi yang hanya mengejar keuntungan tanpa mempedulikan lingkungan, sebaiknya jika ada penebangan ada juga penanaman ulang,” katanya.
Ia mengatakan rata-rata wilayah pegunungan Papua memiliki lapisan tanah yang sedikit dibandingkan bebatuan sehingga memerluhkan waktu yang lama untuk pertumbuhan pohon.
Sebelumnya, Andi Eka Sakya Kepala BMKG Pusat mengatakan jika tidak ditangani dengan baik maka lapisan es di Puncak Jayawijaya akan hilang pada 2020. Berdasarkan hasil observasi terakhir, November 2016 es di puncak itu menyusut 1,42 meter sejak Mei 2016.
“Tebal es di Puncak Jayawijaya tersisa 20,54 meter. Sejak Mei 2016 es di puncak itu menyusut 4,26 meter dari November 2015 yang disebabkan el nono kuat pada 2015/2016,” katanya.
Dia mengatakan perlu langkah strategis dari pemerintah dan masyarakat dunia guna menekan pencairan es di Puncak Jayawijaya yang menjadi salah satu dari tiga puncak bersalju di khatulistiwa selain di Benua Afrika dan di Peru.
Langkah dimaksud adalah menghindari perilaku yang memicu pemanasan global seperti penebangan hutan liar, tingginya produksi emisi karbon. (ant/dwi)