Jumlah penderita kusta di Indonesia masih mencapai 18 ribu dan menempati urutan ketiga jumlah penderita kusta terbanyak di dunia. Dari jumlah ini, Jawa Timur menduduki peringkat teratas sehingga penanganan secara cepat, terstruktur dan terukur harus dilakukan.
“Kita akan menerapkan strategi Score untuk mempercepat eliminasi kusta. Langkah ini karena jumlah penderita kusta hingga saat ini masih cukup besar,” kata Kohar Hari Santoso, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur.
Selain itu, beberapa daerah yang memiliki penularan besar juga menjadi penanganan serius yakni kawasan Pantura dan Tapal Kuda khususnya Madura.
Ia menjelaskan, yang dimaksud strategi Score yaitu S untuk Stigma negatif pada penderita kusta harus dihilangkan di masyarakat, C untuk Cari dan temukan penderita kusta, O untuk Obati hingga tuntas, R untuk Rehabilitasi, dan E untuk Evaluasi kusta yang ada di masyarakat.
“Melalui Score harapannya tahun 2017 prevelensi kusta bisa mencapai 1 di antara 10 ribu penduduk, sehingga program eliminasi kusta tercapai,” ujarnya.
Menurut dia, penyebaran penyakit kusta yang berasal dari bakteri Mycobacterium Leprae ini merupakan imbas dari kebiasaan dan cara hidup masyarakat yang kurang menjaga kebersihannya. Di sisi lain, sebagian besar masyarakat juga masih menganggap penyakit kusta adalah penyakit kutukan.
Kondisi inilah yang menyebabkan adanya gangguan interaksi sosial, meskipu sebenarnya penderita kusta telah dinyatakan sembuh.
Kohar mengimbau kusta harus diobati, sebelum kondisi penderitanya menjadi semakin parah. Ada dua jenis penyakit kusta, yaitu kering dan basah. Awalnya didahului bercak kering kemudian jika tidak ditangani dengan baik bisa jadi kusta basah yang dapat berakibat kelumpuhan. (fik)