Mengenalkan budaya negara lain bisa dilakukan dengan banyak cara, dan UK Petra Surabaya bekerjasama dengan Kim Sejong Institute (KSI) Korea, gelar lomba menghias kipas Korea. Memperkenalkan budaya negara lain sekaligus memperkaya pengalaman internasional.
Diikuti sekurangnya 60 peserta dari kalangan kampus khususnya para mahasiswa dari Program Studi Desain Komunikasi Visual UK Petra Surabaya, bersama masyarakat umum yang ingin ikut merasakan sensasi menghias kipas ala Korea.
Sebelum lomba dimulai, Mr. Hong Jongyoun pengajar bahasa Korea dari KSI memberikan gambaran latar belakang budaya kesenian negara Korea. Ini perlu dilakukan agar peserta memahami makna hiasan yang akan dituangkan di masing-masing kipas Korea.
“Korea punya ciri khas dalam warna. Ada 5 warna khas Korea atau disebut Obangsaek, lalu ada 4 tanaman khas Korea, dan Ship Jangsaeng atau 10 Simbol Panjang Umur,” ujar Hong Jongyoun.
Ke 5 warna khas Korea, lanjut Jongyoun adalah: Biru yang melambangkan arah Timur; Putih yang melambangkan Barat; Merah yang melambangkan Selatan; Hitam melambangkan Utara; dan Kuning melambangkan Tengah.
“Masyarakat Korea menggunkaan kombinasi kelima warna dasar ini di semua sisi kehidupan mereka. Mulai dari makanan, pakaian, dan juga bangunan,” kata Jongyoun.
Sedangkan ke 4 tanaman Korea yang menjadi ciri khas masyarakat Korea adalah: pohon bunga Persik yang melambangkan musim semi, Bunga Anggrek yang melambangkan musim panas, Bunga Krisan yang melambangkan musim gugur dan Pohon Bambu yang melambangkan musim dingin.
Pohon Bambu menjadi bagian dari 4 tanaman khas Korea karena di musim dingin, pohon ini tetap berwarna hijau dan rumpun bambu yang tinggi tidak tertutup salju sehingga memberikan warna hijau yang kontras dengan salju yang menutupi segala sesuatu yang lain.
Ship jangsaeng adalah motif desain dengan dasar dari sepuluh benda yang menurut kepercayaan Konfusianisme Korea melambangkan panjang umur.
Kesepuluh benda tersebut adalah: Matahari, Gunung, Air, Awan, Bebatuan, Pohon Pinus, Jamur Bullcho, Kura-kura, Burung Bangau, dan Rusa.
Masyarakat Koera selalu memasukkan 10 benda ini dalam berbagai ilustrasi tradisional dan dekorasi. Pemakaian simbol-simbol ini dianggap bisa membantu manusia untuk hidup sehat dan kuat karena adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan.
Setelah melalui perkenalan dasar dengan budaya Korea tersebut, diharapkan karya hiasan kipas para peserta dapat menunjukkan ciri khas kesenian Korea.
Setiap peserta diperbolehkan memakai alat lukis yang disediakan panitia. Mulai dari kuas Korea, tinta, kertas hanji, lem, dan spidol. Peserta harus membiasakan diri menggambar di atas lekukan tulang-tulang kipas dan bentuk kipas yang bukan kotak.
Hafid Kamil satu di antara pemenang lomba dengan obyek Menara Namsan yang merupakan satu diantara bangunan khas Seoul. Mahasiswa jurusan multimedia ini mengatakan kesukaannya pada budaya dan tradisi Korea.
“Saya suka budaya dan tradisi Korea. Tapi saya memang lebih cinta budaya dan tradisi sendiri. Meskipun begitu, bidaya Korea menggelitik saya untuk mempelajarinya,” ujar Hafid kamil pada suarasurabaya.net, Selasa (25/4/2017).(tok/ipg)