Meski telah meninggal, namun KH Hasyim Muzadi tetap dikenang. Tak hanya gagasan tentang keislaman dan perdamainan, kiai kelahiran Bangilan, Tuban 8 Agustus 1944 ini juga dikenal penuh dengan humor.
Beberapa humor segar yang selalu diingat Jose Asmanu, reporter suarasurabaya.net yang beberapa kali menghadiri acara KH Hasyim diantaranya humor tentang “Semangka Pucat”. Dalam sebuah kesempatan, KH Hasyim bercerita tentang kecerdikkan orang Madura.
“Ada bapak yang beli semangka karena istrinya lagi ngidam. Ketemulah bapak ini dengan penjual semangka dari Madura yang langsung menawarkan semangka merah besar tanpa biji,” cerita KH Hasyim Muzadi saat itu.
Saat dibawa pulang, ternyata semangka tersebut jatuh dan pecah dan diketahui jika semangka ternyata banyak biji dan berwarna putih tidak merah seperti yang diceritakan oleh penjualnya.
Dibawalah semangka itu balik ke pembelinya dan langsung protes. “Ini semangka katanya merah kok waranya putih, banyak bijinya lagi,” kata KH Hasyim. Dengan santainya, si penjual ini menjawab “Kan jatuh, jadi semangkanya pucat. Coba kalau tidak jatuh pasti masih merah warnanya,” ujarnya sambil terkekeh.
Tak hanya cerita tentang “Semangka Pucat”, dengan gayanya yang khas, KH Hasyim juga pernah menceritakan sosok kiai kampung yang terjatuh ketika membonceng istrinya dengan sepeda motor. Saat itu, sang kiai ini ternyata lebih memilih segera menolong sepeda motornya daripada istri yang ketika itu kesakitan.
“Datanglah polisi dan bertanya. Kenapa kiai tidak menolong istrinya dulu,” carita KH Hasyim. “Sambil masih kesakitan kiai ini bilang, kalau istri di rumah ada tiga, tapi ini sepeda motor baru ada satu itupun masih belum lunas Pak Polisi,”
Kisah kocak dari KH Hasyim juga berlanjut ketika menceritakan “Astronot dari Madura” yang tak mau kalah dengan Astronot dari China. Jika dari China hanya mampu terbang ke bulan, tapi astronot dari Madura bisa sampai ke Matahari meskipun Matahari sangat panas dan tidak mungkin bisa didatangi manusia. “Astronot dari Madura kan berangkatnya habis magrib, jadi tidak panas,” kata dia. (fik)