AKBP Shinto Silitonga Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya meminta masyarakat tidak panik saat menerima ancaman melalui telepon dari orang yang tidak dikenal atau mengaku-aku sebagai polisi.
“Kuncinya jangan panik. Kepanikan itu yang dikelola oleh pelaku. Sederhananya, kalau kena narkoba, polisi tidak mungkin menghubungi,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (5/4/2017).
Jika penipu itu mengaku sebagai polisi, kata Shinto, “tanyakan orang itu dari satuan mana, kantornya di mana, akan kami hubungi ke nomor berapa. Sampaikan Anda akan datang ke kantor polisi untuk mengkroscek secara langsung. Kalau mereka tidak bisa menyebutkan ya pasti itu penipuan.”
Dia juga meminta masyarakat yang menjadi korban penipuan semacam ini untuk melapor ke kantor polisi terdekat. Sebab, laporan tersebut dapat menjadi pintu masuk polisi ke provider untuk melacak nomor pelaku.
“Kalau ada yang lapor, kami akan eksplor lebih detail seperti apa modusnya. Analisa kami, jarang sekali pelaku `bermain` sendiri. Dari kasus yang pernah diungkap, pelaku dari luar Pulau Jawa dan luar Kota Surabaya. Kalau terlanjur tertipu, ada baiknya menunjukkan bukti transfer, jam dan nomor handphone yang menghubungi,” ujar dia.
Biasanya, sebelum melakukan aksinya, para pelaku telah mengetahui keseharian korban.Pelaku juga mengikuti dinamika kepolisian seperti mutasi. Setelah itu pelaku mengarang cerita anggota keluarga korban terlibat kecelakaan, tertangkap karena narkoba, atau dalam posisi mengkhawatirkan. Pelaku melakukan komunikasi dua arah dengan menyuruh anak atau angota keluarga korban untuk mematikan ponselnya,” kata dia.(iss/ipg)