Amerika Serikat secara resmi keluar dari badan warisan dunia UNESCO karena menilai organisasi tersebut menunjukkan “bias anti-Israel”.
Pengumuman oleh pemerintahan Trump diikuti beberapa jam kemudian oleh Israel yang juga berencana keluar dari lembaga budaya dan pendidikan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Benjamin Netanyahu Perdana Menteri Israel menyambut baik langkah AS tersebut dengan mengatakan: “Ini adalah keputusan berani dan bermoral, karena UNESCO telah menjadi teater yang tidak masuk akal. Alih-alih melestarikan sejarah, mereka mendistorsinya.”
Organisasi tersebut terkenal dengan daftar warisan dunia dari situs budaya dan alam yang luar biasa namun sering menarik kemarahan Israel dan administrasi Trump atas serangkaian keputusan, termasuk Hebron, sebuah kota di bagian selatan yang diduduki Palestina, sebagai situs warisan dunia Palestina.
Irina Bokova Direktur Jenderal UNESCO mengungkapkan “penyesalan mendalamnya” atas keputusan AS tersebut. “Ini bukan hanya tentang Warisan Dunia menggambarkan penarikan tersebut sebagai “kerugian bagi organisasi dan AS,” katanya.
“Pada saat konflik terus memecah-belah masyarakat di seluruh dunia, sangat disesalkan Amerika Serikat menarik diri dari badan PBB yang mempromosikan pendidikan untuk perdamaian dan melindungi budaya yang diserang. Ini adalah kerugian bagi keluarga PBB. Ini adalah kerugian multilateralisme,” imbuhnya.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan berusaha untuk “tetap terlibat sebagai negara pengamat non-anggota untuk menyumbangkan pandangan, perspektif dan keahlian AS”.
Penarikan diri tersebut mulai berlaku pada 31 Desember 2018.
Pada 2011, AS membatalkan kontribusi anggarannya kepada UNESCO sebagai protes terhadap pengakuan Palestina sebagai anggota.
Danny Danon Duta Besar Israel mengatakan penarikan diri AS adalah bukti bahwa “resolusi yang tidak masuk akal dan memalukan terhadap Israel memiliki konsekuensi.”
Danon mengatakan: “Hari ini adalah hari baru di PBB di mana ada harga yang harus dibayarkan karena diskriminasi terhadap Israel.”
Keputusan AS untuk keluar dari UNESCO disesali oleh negara-negara anggota lain yang mengatakan tindakan tersebut dapat membahayakan organisasi yang sedang berjuang secara finansial.
Duta Besar Prancis untuk PBB, Francois Delattre, mengatakan cita-cita UNESCO adalah “bagian dari DNA Amerika” dan bahwa “kita membutuhkan Amerika yang tetap berkomitmen pada urusan dunia.”
Menurut sebuah laporan dalam Kebijakan Luar Negeri, keputusan AS juga didorong oleh keinginan pemangkasan anggaran.
Kebijakan Luar Negeri melaporkan, keputusan untuk menarik diri telah dilakukan beberapa pekan yang lalu selama sidang majelis umum PBB di New York, dan diambil alih kepala pejabat yang berpendapat AS harus menunggu sampai proses pemilihan UNESCO selesai.
AS sebelumnya pernah mengundurkan diri dari UNESCO di bawah Ronald Reagan, dan bergabung kembali di bawah pemerintahan George W Bush, demikian sebagaimana dilansir dari The Guardian.(ant/dwi/rst)