Sebanyak 458 startup mengikuti Inovator Inovasi Indonesia Expo yang digelar Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di Grand City Convex, Surabaya. Pameran startup terbesar di Indonesia ini digelar mulai, Kamis (19/10/2017) hari ini hingga Minggu (22/10/2017).
Jumain Appe, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti mengatakan, expo para pelaku startup teknologi ini merupakan yang ketiga kalinya. Pada tahun 2015 Inovator Inovasi Indonesia Expo digelar di Jakarta dengan peserta 52 startup. Kemudian pada 2016 digelar di Bekasi dengan jumlah peserta meningkat menjadi 155.
“Tahun ini peningkatannya lebih 300 persen menjadi 458 startup,” kata Jumain Appe, di sela-sela pembukaan Inovator Inovasi Indonesia Expo. Untuk tahun ini, startup yang dipamerkan meliputi tujuh bidang yakni energi, kesehatan, obat, transportasi, TI, pertanian, kehutanan, dan kemaritiman.
Untuk Inovator Inovasi Indonesia Expo kali ini begitu istimewa karena diikuti oleh para peserta dari Aceh hingga Papua dan mengenakan pakaian adat mereka masing-masing.
Untuk membantu para pelaku startup, di Inovator Inovasi Indonesia Expo ini juga disediakan klinik konsultasi HAKI sehingga bisa membantu proses perizinan bagi mereka yang baru mengembangkan teknologi.
Sementara itu di tempat yang sama, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan perkembangan para pelaku startup begitu membanggakan. “Jawa Timur saat ini memiliki 147 startup company. “Ini yang terbesar di Indonesia sehingga Jatim memang cukup membanggakan karena provinsi lain ada di bawah kita,” kata Gus Ipul.
Muhammad Nasir, Menteri Ristekdikti berharap peningkatan jumlah startup company di Indonesia mampu membantu para pelaku UMKM agar bisa menggunakan teknologi dalam membantu memproduksi UMKM.
“Indonesia saat ini UMKM-nya 1,6 persen dari jumlah penduduk. Dari jumlah ini hanya 0,4 persen saja yang berbasis teknologi, sisanya hanya berbasiskan lingkungan,” kata Nasir.
Padahal negara tetangga seperti Singapura saat ini tujuh persen penduduknya adalah pelaku UMKM. Begitu juga Malaysia sebanyak lima persen penduduknya adalah pelaku UMKM.
“Pemerintah akan membantu biaya riset sehingga penguasaan teknologi di negeri ini tidak terus tertinggal,” ujarnya. Nasir lantas mencontohkan pada tahun 2015 pihaknya mulai melakukan risert tentang garam farmasi. Kemudian pada tahun 2016 mulai menggandeng Kimia Farma dan saat ini Indonesia sudah mampu memproduksi garam farmasi.
Dengan penguasaan teknologi, maka kemajuan Indonesia diharapkan bisa semakin cepat dan tidak lagi tertinggal dengan negara lainnya. (fik/rst)