Mohammad Nasih pengasuh Pesantren Jauharotul Hikmah (JH) di Jl. Putat Jaya Timur Gang IVB, Surabaya, mengklarifikasi atas isu penjualan Pesantren dan keberadaan prostitusi di kawasan Dolly masih buka.
Didampingi Muhammad Fikser Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya, Nasih mengatakan bahwa isu tersebut disebarkan melalui broadcast dan bukan oleh pihaknya, tapi dari salah seorang tamu yang sempat berkunjung ke pesantren beberapa waktu lalu.
“Berita itu tidak benar. Itu bukan kami yang menyebarkan,” ujarnya di pesantren, Senin (20/11/2017).
Nasih mengatakan, memang ada niatan pihak Pesantren untuk mencari donasi waqaf untuk membeli rumah sebagai perluasan Pesantren. Pihaknya telah berniat membeli rumah di kawasan pesantren seharga Rp300 juta. Karena masih terbayarkan uang muka sebesar Rp 100 juta, maka sisanya yang Rp200 juta ditawarkan ke masyarakat yang ingin berdonasi.
“Jadi bahasanya itu kami menawarkan donasi waqaf untuk membeli rumah untuk perluasan Pesantren. Yang ada di sini tetap beraktifitas seperti biasa tidak dijual,” katanya.
Terkait prostitusi Dolly, Nasih menegaskan kalau secara legal sudah ditutup, tapi untuk rumah karaoke dan prostitusi terselubung masih ada meskipun sangat jauh berkurang dibanding beberpa tahun lalu setelah ditutup. Karena, Pemkot sering melakukan razia ke rumah-rumah warga yang dicurigai menggelar praktik prostitusi terselubung.
Yunus Camat Sawahan juga menegaskan prostitusi di kawasan Dolly memang masih ada yang ingin coba-coba buka secara terselubung. Untuk itu butuh peran serta warga sehingga praktek prostitusi terselubung itu benar-benar bersih.
“Kami terus lakukan razia dan pengawasan. Kampung yang peran serta warganya bagus yang hilang sama sekali,” katanya. (bid/ipg)