Minggu, 24 November 2024

Ini Kisah Pengungsi Gunung Agung Bolak Balik Urus Ternak

Laporan oleh Bruriy Susanto
Bagikan
Ilustrasi. Umat Hindu mengarak kerbau yang dijadikan hewan kurban dalam ritual tahunan Purnama Kapat di tengah aktivitas Gunung Agung pada level awas di Pura Besakih, Karangasem, Bali. Foto : Antara

Pengungsi Gunung Agung asal Desa Pering Sari, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, mengaku harus bolak balik dari pengungsian ke desa setempat untuk mengurus dan memberi makan ternak.

“Saya harus bolak bali urus ternak sapi. Saya tidak titipkan sapi di pengungsian karena rasanya masih aman saja,” kata Gusti Win, salah seorang warga Pering Sari, seperti dikutip Antara, Sabtu (7/10/2017).

Menurut dia, keadaan itu sudah dijalani sejak pertama kali mengungsi pada 22 September 2017. Ketika status Gunung Agung naik dari level siaga menjadi awas.

Selain mencarikan rumput untuk ternak, banyak warga pengungsi kembali pulang untuk berjaga-jaga dan sekedar membersihkan rumah. Utamanya para lelaki, sedangkan para ibu dan anak-anak tetap bertahap di pengungsian.

“Warga harus tetap ada di desa karena masih ada yang punya ternak. Kalau tidak begitu ternak bisa mati. Terlebih itu merupakan sumber penghasilan kami untuk menyambung hidup,” ujar pria yang desanya masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Agung.

Win juga menceritakan warga desa pada (22/9) sangat panik ketika Gunung Agung dikabarkan akan segera meletus. Pemerintah desa juga memukul kentungan menyebabkan keadaan makin dramatis.

Bahkan, banyak yang warga akhirnya terpaksa menjual ternak sapi kepada tengkulak yang berasal dari Kabupaten Gianyar dan Klungkung.

“Keesokan harinya banyak tengkulak yang datang dan membeli ternak warga dengan harga sangat murah. Satu ekor sapi dibeli dengan harga Rp3,5 juta sampai Rp5 juta. Padahal, harga pasar bisa diatas Rp10 juta untuk satu ekor sapi,” ujar pria berusia 50 tahun tersebut.

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan aktivitas kegempaan Gunung Agung masih berada pada level tinggi. Gempa dalam satu hari rata-rata berkisar antara 600-700 kali. Hal tersebut menandakan gunung tertinggi di Pulau Dewata tersebut masih sangat mungkin untuk meletus.

PVMBG menetapkan zona aman berada di luar radius 12 kilometer. Sedangkan radius enam kilometer dari kawah Gunung Agung masuk kawasan rawan bencana (KRB) III, radius sembilan kilometer masuk KRB II dan radius 12 kilometer masuk KRB III.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat data terakhir jumlah pengungsi mencapai 150.109 tersebar di 420 titik di sembilan kabupaten/kota di Bali. (ant/bry/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs