Mas Purnomo Kepala Dinas Koperasi dan UMKM pemerintah provinsi Jawa Timur memastikan kelangkaan garam konsumsi belum sampai mempengarhui produksi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), terutama di bidang makanan dan minuman.
“Pengaruh terhadap produksi UMKM makanan minuman lebih terasa jika yang mengalami kelangkaan dan kenaikan harga adalah tepung atau gula,” kata Mas Purnomo, Senin (25/7/2017).
Apalagi konsumsi garam untuk pelaku usaha selama ini memang tidak terlalu besar/sehingga kelangkaan garam yang yang terjadi dipastikan tidak akan berimbas pada harga produk-produk makanan dan minuman yang ada di jawa timur.
Sementara itu Soekarwo Gubernur Jawa Timur mengatakan, kelangkaan garam merupakan imbas dari tidak menentunya musim yang terjadi sejak 2016 yang lalu.
Bahkan, akibat panjangnya musim penghujan, petani garam di Jawa Timur hanya mampu menghasilkan 123.873 ton garam dari target produksi sebesar 1,2 juta ton.
“Saya sudah kirim surat ke Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Jika garam kurang solusinya ya impor, begituj uga jika garam berlimpah ya ekspor, sederhana,” ujarnya.
Persoalan garam, menurut Soekarwo, merupakan masalah biasa karena garam di Indonesia diproduksi dengan cara air laut yang dikeringkan sehingga jika musim hujan panjang produksi garam akan selalu berkurang.
“Berbeda dengan Australia, di sana ada gunung garam sehingga tidak terpengaruh musim tinggal dikeruk sudah jadi garam,” kata dia. (fik/rst)