Sabtu, 23 November 2024

ITS dan Jerman Bahas Energi Terbarukan

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Dubes Luara Biasa Jerman saat hadir di ITS. Foto: Humas ITS Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menerima kunjungan Michael Freiherr von Ungern-Sternberg, Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dari Republik Federal Jerman untuk Republik Indonesia yang baru bertugas Oktober 2016 lalu.

Dalam lawatan perkenalannya ini, Michael juga melakukan diskusi dengan beberapa pimpinan dan peneliti di lingkungan ITS. Satu diantaranya mengenai energi terbarukan yang selalu hangat diperbincangkan, akhir-akhir ini.

Kebetulan, ITS juga telah lama menjalin sejumlah proyek kerjasama penelitian dengan beberapa universitas di Jerman, satu diantaranya dengan Wismar University yang turut mendampingi kunjungan tersebut.

Michael menyampaikan beberapa hal terkait nuklir sebagai energi terbarukan baik di Indonesia maupun Jerman. “Jerman memang sempat mempertimbangkan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan,” ujar Michael memulai diskusinya.

Tetapi, lanjut MIchael, melihat peristiwa Fukushima yang memiliki dampak sangat besar akibat adanya kegagalan dari energi nuklir, Jerman menjadi khawatir. Sehingga dibuat keputusan politik untuk memberhentikan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan.

“Orang-orang seringkali berkata terlalu banyak dampak yang akan ditimbulkan, dan sangat butuh banyak waktu untuk memperbaiki suatu negara akibat kegagalan nuklir,” kata mantan Dubes Jerman untuk Iran ini.

Menurutnya, hal tersebut bisa mengubah banyak sekali aspek. Ditambah lagi adanya risiko medis dan kecelakaan. Michael menuturkan bahwa banyak sekali jalan yang bisa dilakukan untuk membuat energi terbarukan selain dari energi nuklir.

Semuanya tergantung dari wilayahnya. “Seperti Indonesia yang mengandalkan energi panas bumi, jika diteliti dan dimanfaatkan bisa membawa pengaruh besar selama kurun waktu yang lama,” tambah Michael.

Indonesia sendiri memiliki 40 persen potensi sumber panas bumi dunia dan merupakan produsen listrik panas bumi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Filipina. Ini merupakan potensi besar yang bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber energi terbarukan.

Sementara itu, Dr Ing Wolfgang Busse, selaku perwakilan Wismar University di Surabaya, mengatakan bahwa saat ini pihaknya telah melakukan kerjasama penelitian dengan ITS untuk pemberdayaan potensi pulau-pulau terpencil di Indonesia dalam proyek yang bernama Sustainable Island Development Initiatives (SIDI).

“Saat ini yang sudah kami tuju untuk proyek penelitian adalah Pulau Poteran di Madura dan Pulau Maratua, Kalimantan Timur,” papar Wolfgang.

Pulau Poteran dikembangkan untuk memberdayakan sumber daya alam berupa daun kelor yang bisa diekstrak sebagai obat atau pun kebutuhan lainnya, dan Pulau Maratua akan dikembangkan potensinya sebagai tujuan wisata bahari baik untuk wisatawan domestik maupun wisatawan asing.

Ke depannya, penelitian untuk pengembangan potensi energi terbarukan akan ditujukan ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau.

“Untuk pengembangan energi terbarukan di Pulau Natuna ini masih akan kami diskusikan lebih lanjut dengan pihak Kementerian Luar Negeri,” kata Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, Wakil Rektor ITS Bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama.

Ketut berharap dari hasil kerjasama yang dikembangkan ITS dengan Wismar University maupun pemerintah Jerman ke depannya bisa memberikan banyak manfaat untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs