Sabtu, 23 November 2024

Gedung Internatio, Saksi Perjuangan Arek-arek Suroboyo

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Kondisi Gedung Internatio pada 31 Desember 2012 . Foto: Kurnia Sari Widodo-Roodebrug Soerabaia.

Gedung Internatio atau Internationale Crediten Handelvereeniging, terletak di sudut jalan Heerenstraat dan Willemsplein, yang kini disebut Jalan Jayengrono atau Jalan Garuda, Surabaya. Letaknya di dekat Jembatan Merah Plaza. Gedung Internatio ini merupakan saksi bisu perjuangan arek-arek Suroboyo.

Ady Setyawan, penulis buku “Benteng Benteng Surabaya” yang juga Founder Roodebrug Soerabaia pada suarasurabaya.net, memaparkan kisah perjuangan di sekitar Gedung Internatio. Pada tanggal 28-30 Oktober 1945 di sekitar Gedung Internatio terjadi pertempuran sengit yang dikenal sebagai pertempuran 3 hari.

Pertempuran itu berakhir dengan gencatan senjata, yang diikuti dengan perundingan. Pihak Indonesia dipimpin oleh Soekarno Presiden dan Hatta Wakil Presiden Republik Indonesia. Perundingan Indonesia dan pihak Inggris ini disebut dengan Kontak Biro.

Dari Gedung Gubernuran tempat perundingan, mereka beriringan menuju Gedung Internatio. Sebanyak 8 mobil beriringan menuju gedung tersebut. Penumpang dari mobil yang beriring-iringan itu di antaranya Residen Soedirman, HR Mohammad dan Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby atau dikenal dengan Brigadir Jenderal Mallaby beserta ajudan-ajudannya.

Mereka sampai di alun-alun Willemsplein (sekarang Taman Jayengrono) pukul 17.15 menjelang Magrib.

Gedung Internatio diduduki Inggris yang dipimpin Mayor V Gopal. Namun Gedung Internatio tersebut dikepung oleh pejuang arek-arek Suroboyo.

Pertempuran di Internatio akhirnya berhenti, dengan proses alot. Rakyat tidak dengan mudah diyakinkan karena posisi musuh dalam keadaan terjepit.

Kenapa harus dihentikan? Demikian suara arek-arek Suroboyo yang saat itu mengepung Gedung Internatio.

Residen Sudirman, Doel Arnowo dan Mayjend Sungkono bergantian berpidato menenangkan rakyat. Bahwa gencatan senjata sudah disepakati dan itu perintah Presiden.

Suasana memanas, arek-arek Suroboyo yang sudah lama terlibat pertempuran, melihat bagaimana rekan-rekannya terbunuh tentu tidak bisa menerima itu dengan mudah.

Massa mulai mengerumuni mobil Mallaby, rombongan mobil terhenti.

Awalnya disepakati agar perwira-perwira Inggris masuk ke dalam Gedung Internatio untuk memberi perintah penghentian tembakan secara langsung.

Tapi ide ini segera berubah, hanya sebagian perwira saja yang masuk ke gedung, sedangkan Mallaby tetap di dalam mobil. Karena kalau semua perwira Inggris masuk gedung maka tidak akan ada “sandera” sebagai jaminan bahwa mereka tidak akan menembaki massa rakyat.

Satu-satunya alasan masuk akal bahwa Inggris tidak akan menembak adalah fakta bahwa jenderal mereka ada di kerumunan massa.

Mallaby memerintahkan ajudannya bernama Kapt Shaw masuk ke Gedung Internatio, bersama dua orang Indonesia yaitu HR Muhammad dan TD Kundan. Karena sangat berbahaya bagi Kapten Shaw untuk berjalan seorang diri melewati kerumunan pejuang.

TD Kundan yang merupakan seorang India mendengar perintah dari Kapten Shaw kepada perwira pasukan British India yang berpangkat Mayor. Perintah yang diucapkan dalam bahasa India.

“Sepuluh menit lagi, buka tembakan dari Gedung Internatio!”

Asumsi dari TD Kundan: Perintah itu tentunya datang dari Mallaby, karena tidak mungkin Shaw berpangkat Kapten memberi perintah pada Gopal yang berpangkat Mayor.

“Mungkin…. Sekali lagi mungkin, Mallaby berpikir dengan dibukanya tembakan, massa akan tercerai berai dan pasukannya bisa menolong dia,” ujar Ady Setyawan berasumsi.

Setelah 7 menit, Kundan makin yakin melihat gerak gerik pasukan Inggris di dalam Gedung Internatio, mereka akan menyerang.

Kundan lari keluar untuk memperingatkan pejuang-pejuang Indonesia. Mayor Gopal pun menembakkan senjatanya. Itu adalah tembakan pertama pasca gencatan senjata. Dia mengaku menembak atas prakarsanya sendiri saat wawancara di kelak kemudian hari yang dirangkum oleh JGA Parrot.

Beberapa keterangan saksi yang himpun Ady Setyawan menjelaskan, di luar Gedung Internatio, pejuang-pejuang rakyat berhamburan oleh hujan tembakan dari Gedung Internatio. Banyak yang seketika tumbang dan tak bergerak.

Ady Setyawan, penulis dan penghobi sejarah terutama era perang kemerdekaan ini mengatakan, dari data-data yang dikumpulkan, penembak Mallaby adalah seorang pemuda yang diperkirakan berusia tidak lebih dari 20 tahun. Tapi siapa nama pemuda tersebut, sampai saat ini masih belum diketahui.

Kesaksian dari Letnan Laughland dan Kapt RC Smith, saat itu mereka berada dekat Mallaby, tidak dapat melihat sekeliling dengan jelas karena gelap.

RC Smith lah yang menarik pin granat. Dilemparkan ke rombongan massa yang mengelilingi mobil Brigjend Mallaby. Tapi justru berujung membakar si jenderal.

Mengutip surabaya.panduanwisata.id, Gedung Internatio didirikan pada 1927 dan rampung pada 1931, penggarapnya adalah biro arsitek AIA Aristech (Algemeen Ingenieurs en Architecten Bureau). Arsitek pada masa itu adalah Ir.Frans Johan Louwrens Ghijsels, arsitek terkenal yang juga perancang Rumah Sakit “Onder de Bogen” di Yogya (kini Panti Rapih) dan Stasiun Kota Jakarta.

Awalnya Gedung Internatio, merupakan markas Pasukan Komandan Brigade ke-49 Inggris, yang mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Setelah itu bangsa Indonesia baru menempati gedung tersebut setelahnya.

Konon Gedung dua lantai ini kini kabarnya dikelola oleh PT Tjipta Niaga atau PT Aneka Niaga, meski tak tampak ada aktivitas di dalamnya, sejak beberapa tahun lalu.

Cerita lain mengenai gedung ini adalah sebagai tempat pendorong masuknya investasi. Pembangunan Gedung ini bukan semata sebagai simbol kejayaan penjajahan Belanda, namun juga upaya mereka untuk menarik investor agar berinvestasi di Jawa.

Sebuah pertunjukan kapitalisme telah ditunjukkan secara apik sejak dulu oleh Belanda melalui gedung ini. Gedung Internatio waktu itu termasuk yang paling megah di Surabaya.(ipg)

Teks Foto:
1. Gedung Internatio tahun 1945. (Foto: wikipedia)
2. Kondisi Gedung Internatio tahun 2013. (Foto: Frozi Mad -Roodebrug Soerabaia)
3. Bangkai mobil Brigjen AWS Mallaby pascainsiden di depan Gedung Internatio. (Foto: Wikipedia)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs