Pengaruh pertumbuhan dan perkembangan tehnologi, demikian pula persaingan tak henti antar bidang usaha secara tidak langsung akan juga mempengaruhi kondisi lingkungan disekitar manusia.
House of Sampoerna (HoS) menggandeng Universitas Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya (STKW) menunjukkan kepeduliaannya lewat EAT (Environment Art Technology) dalam pameran Patung & Instalasi mulai Jumat (16/6/2017) di Galeri House of Sampoerna.
Diikuti 11 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan alumni STKW diharapkan menjadi sindiran maupun ketukan hati kondisi para pengguna maupun pemanfaat teknologi dan sumberdaya alam.
Ada 30 karya seni patung dan instalasiyang penuh dengan sentuhan kreatifitas dan pesan, hasil dari ide liar dan bebas dari generasi muda masa kini.
Asmi misalnya, mahasiswa STKW ini menampilkan karya dalam bentuk kayu dan kawat berjudul: Prasasti yang menyindir maraknya kegiatan terkait dengan lingkungan namun hanya bersifat formalitas belaka.
Sesak karya Hamid, menggunakan teknik Trimatra (teknik penyusunan benda dengan memunculkan unsur 3 dimensi yang dimiliki pula oleh karya patung) sarat dengan sindiran, serta kritik pada konsisi masyarakat kekinian.
Menggambarkan kesuburan pepohonan, kesegaran air alaminya, serta kesegaran udara, dan alam hanyalah mitos belaka. Karena pada faktanya saat kita bernafas hidung kita menyadarkan akan buruknya kualitas udara yang terhirup, tenggorokan kitapun merasakan betapa sesak sudah alam Ibu Pertiwi.
“Penyelenggaraan pameran EAT ini diharapkan bisa memberi kesadaran akan pengaruh positif dan negatif dari teknologi, dan dapat ditanggapi secara bijak oleh seluruh masyarakat dan perusahaan yang memanfaatkan teknologi dan berbagai sumber daya yang ada,” ujar Bogel Asmuliawan koordinator pameran pada suarasurabaya.net, Selasa (13/6/2017).(tok/ipg)