Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan dua tim telah bergerak untuk melakukan evakuasi WNI pada dua tempat yaitu Marantau dan Sultan Naga Dimaporo yang menjadi daerah operasi militer tentara Filipina.
“Pukul 06.00 pagi tadi tim sudah bergerak, dan diperkirakan apabila semua berjalan lancar, maka kedua tim ini akan tiba di Davao City sekitar 17.20,” kata Retno yang ditemui di halaman Gedung Pancasila, Kemenlu, Jakarta, Kamis (1/6/2017).
Menurut Retno, tim pertama melakukan perjalanan dari Iligan-Marantau-Iligan, dan jika sudah menemukan 11 WNI akan segera dievakuasi melalui Bandara Cagaya de Oro.
Sedangkan tim kedua akan mengevakuasi enam WNI dengan rute Iligan-Sultan Naga Dimaporo-Iligan, dan juga menuju Bandara Cagayan de Oro.
“Saya akan lakukan pemantauan kembali apakah proses evakuasi berjalan lancar atau tidak. Mudah-mudahan kondisinya kondusif, sehingga semua rencana dapat kita jalankan,” kata Retno.
Menlu menjelaskan, dua kelompok WNI itu berada pada dua lokasi yang berbeda karena berbeda urusan.
Sebanyak sepuluh orang WNI di Marantau berasal dari Provinsi Jawa Barat, dan satu WNI yang tinggal di Filipina.
Sementara enam WNI yang berada di Sultan Naga Dimaporo berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.
“Kemarin pagi berdasarkan komunikasi kita dengan otoritasi setempat, baik pihak kepolisian dan Armed Forces Filipina, kita sudah lakukan pengaturan evakuasi, jalurnya dan sebagainya.”
“Kita juga sudah diberikan safe conduct pass, dan ada pengawalan di mana untuk bagian wilayah itu masih terjadi konflik, yaitu di Marawi,” ujar Menlu.
Retno mengatakan keamanan dan keselamatan para WNI merupakan prioritas evakuasi yang dilakukan Kemenlu bekerja sama dengan otoritas dan pihak keamanan setempat.
Sebanyak 11 WNI yang berada di Marawi, Filipina, tidak terlibat dalam insiden baku tembak antara tentara Filipina dengan kelompok bersenjata di Kota Marawi.
WNI tersebut adalah anggota Jamaah Tabligh yang melakukan “khuruj” atau berdakwah selama 40 hari di Filipina.(Ant/tok)