Pemkot Surabaya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) mengembangkan budidaya kepiting di kawasan Ekowisata Mangrove, Wonorejo.
Joestamadji Kepala DKPP Surabaya mengatakan, saat ini Pemkot Surabaya baru memanfaatkan lahan seluas tiga hektare untuk budidaya kepiting dengan sistem silvofishery.
Silvofishery (wanamina) adalah budidaya perikanan di kawasan konservasi hutan mangrove (bakau). Ini memungkinkan budidaya ikan sekaligus pelestarian bakau.
“Kami memilih kepiting berkaitan dengan adanya Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan,” ujar Joestamadji.
Permen Kelautan dan Perikanan yang dia maksud, Nomor 56/Permen-KP/2016, tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan dari Wilayah Indonesia.
Selain itu, kata Joestamadji, karena harga jual kepiting lebih mahal dibandingkan dengan Bandeng atau jenis ikan lain yang hidup di air payau hutan bakau.
“Tujuan kami, supaya masyarakat sekitar Pamurbaya (Pantai Utara Surabaya) ekonominya bisa semakin meningkat,” katanya.
Data DKPP Surabaya, setidaknya konsumsi masyarakat Surabaya per kapita per tahun sebanyak 33 kilogram kepiting. Namun sebagian besar kepiting ini justru datang dari daerah lain di Surabaya.
Karena itulah, Joestamadji meyakini, ada peluang besar bagi masyarakat Surabaya, terutama warga di pesisir pantai utara Surabaya memanfaatkan hasil laut ini untuk meningkatkan ekonomi.
Saat ini, kata Joestamadji, sudah ada satu kelompok tani yang mau bergabung untuk turut membudidayakan kepiting di lahan mangrove.
Budidaya Kepiting dengan sistem silvofishery ini dilakukan bersama peneliti dari Universitas Hang Tuah Surabaya. Proses budidaya yang dilakukan saat ini, adalah proses budidaya pembesaran kepiting.
Untuk menyosialisasikan budidaya kepiting dan budaya makan ikan bagi masyarakat Kota Surabaya, DKPP menggelar acara pelepasan kepiting di Mangrove Information Center (MIC), besok, Rabu (3/5/2017).
Pada acara itu, DKPP bersama Tim Penggerak PKK juga akan menggelar rangkaian lomba. Antara lain lomba Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA); lomba holtikultural; dan lomba olahan pangan.
Joestamadji mengatakan, acara itu sengaja digelar awal Mei sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Surabaya ke-724. Karena itu pula, jumlah kepiting yang akan dilepas di MIC Wonorejo, besok, sebanyak 724 ekor.(den/iss/ipg)