Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap delapan terduga teroris di sejumlah daerah, satu diantaranya tewas karena melawan petugas.
“Pada 23 Maret, ditangkap delapan orang terduga teroris di berbagai daerah yakni di Bekasi, Tangsel dan Banten,” kata Kombes Pol Martinus Sitompul Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (24/3/2017) seperti dilansir Antara.
Pada Kamis (23/3/2017), terduga teroris bernama Suryadi Mas`ud alias Abu Ridho ditangkap di Hotel Lafa Park Family Adventure yang beralamat di Jalan Kampung Pesanggrahan, Desa Tanjung Baru, Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi.
Kepolisian menduga Suryadi Mas`ud terlibat dalam upaya membangun jaringan terorisme di Indonesia. Ia juga memiliki koneksi dengan kelompok teroris di Filipina Selatan.
“SM turut mendanai aksi Bom Thamrin,” ujar Martinus.
Penangkapan berikutnya adalah terduga teroris bernama Bambang Eko Prasetyo yang ditangkap di sebuah bengkel di Jalan Aria Putra, Sarua, Ciputat, Kabupaten Tangerang Selatan.
“BEP ini diduga terlibat dalam jaringan kelompok Suryadi Mas`ud. Ia juga terlibat dalam pelatihan militer di Filipina Selatan,” katanya.
Selanjutnya tim Densus menangkap terduga teroris lainnya bernama Mulyadi di Menes, Pandeglang, Banten, dan terduga pelaku bernama Adi Jihadi di Kecamatan Pagelaran, Pandeglang, Banten.
“Baik Mulyadi dan Adi Jihadi merupakan kelompoknya Suryadi Mas`ud yang ditangkap di Bekasi,” katanya.
Kemudian tim Densus menangkap empat orang terduga teroris di Ciwandan, Kota Cilegon, Banten termasuk satu orang yang tewas terkena tembakan polisi.
Tiga terduga teroris yang diamankan adalah Achmad Supriyanto, Icuk Pamulang alias Icuk Warianto dan Ojid Abdul Majid. Abdul Majid diketahui menderita luka tembak di bahu karena melawan petugas saat hendak ditangkap.
Sementara terduga teroris yang tewas adalah Nanang Kosim.
Martinus menjelaskan awalnya keempatnya berangkat dari arah Anyer dengan menggunakan dua kendaraan Toyota Avanza.
“Setibanya di Ciwandan, mobil tersangka melambat sehingga petugas mengambil kesempatan untuk menghentikan mobil mereka,” katanya.
Menurutnya, kendaraan yang ditumpangi Achmad Supriyanto dan Icuk Pamulang saat dihentikan petugas, langsung berhenti dan menyerah sehingga dapat langsung ditangkap.
Namun kendaraan yang ditumpangi Nanang Kosim dan Ojid Abdul Majid saat diberhentikan petugas, tidak berhenti dan malah menabrak mobil petugas yang menghadang sehingga Nanang dan Abdul akhirnya dilumpuhkan oleh petugas.
“Kemudian dalam perjalanan ke rumah sakit, Nanang meninggal dunia,” katanya.
Dalam penangkapan ini, satu pucuk pistol disita petugas sebagai barang bukti.
Dalam aksi terorisme, Martinus mengatakan mendiang Nanang diduga pernah mengikuti pertemuan Anshor Daulah di Batu, Malang, Jawa Timur pada 20-25 November 2015.
“Nanang sebagai pengajar teknik persenjataan,” katanya.
Selain itu, Nanang pernah merencanakan pelatihan militer di Halmahera yang akan dijadikan sebagai basis pelatihan militer kelompok Anshor Daulah pengganti Poso. Kemudian menyembunyikan Abu Asybal selama dalam pelarian pasca tragedi Bom Thamrin 2016.
“Bersama dengan Fajrun melakukan latihan membuat bom di Gorontalo tahun 2016,” katanya.
Martinus menambahkan Nanang juga diduga mengetahui dan pernah menyembunyikan Andi Bakso, pelaku bom Gereja Samarinda. Selain itu Nanang juga terlibat pembelian senjata M16 untuk kelompok Anshor Daulah yang sudah direncanakan sejak tahun 2015. (ant/dwi)