Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Surabaya berencana menjalin kerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam memberikan pelatihan agar warga Surabaya mampu mengecek instalasi listrik di rumah masing-masing.
Arief Budiarto Kepala Bidang Pemberdayaan dan Pelatihan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya mengatakan, satu penyebab kebakaran yang seringkali ditemui karena terjadinya korsleting listrik.
“Sesuai standar SNI, instalasi listrik wajib dicek setiap sepuluh tahun sekali. Kalau ada kabel yang rusak harus segera diganti. Kami akan gandeng PLN untuk berikan pelatihan pengecekan listrik ini,” katanya, Jumat (3/2/2017).
Dinas Damkar Surabaya, dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran, mulai membentuk satuan relawan kebakaran (Satlakar) di masing-masing kecamatan.
Rabu (1/2/2017) lalu, sebanyak 40 warga Surabaya menjalani pelatihan sebagai Satlakar Kecamatan Tambaksari. Arief mengatakan, secara bertahap, pelatihan ini akan dilaksanakan di 31 Kecamatan di Surabaya.
Satlakar Surabaya tidak hanya mendapat pelatihan soal kemampuan menangani kebakaran. Arief mengatakan, pelatihan instalasi listrik juga perlu mereka kuasai agar bisa menularkan kepada warga lainnya.
“Jadi enggak hanya soal penanganan, tapi juga pencegahannya. Satlakar juga akan kami latih, supaya turut andil saat terjadi pohon tumbang atau banjir,” katanya.
Tidak hanya melatih warga laki-laki, Damkar juga melatih para ibu rumah tangga terutama berkaitan penanganan bahaya kebakaran yang berasal dari dapur.
Misalnya mengantisipasi terjadinya kebakaran akibat gas LPG kompor yang ngowos.
Pelatihan penanganan dan pencegahan ini, kata Arief, akan membuat penanganan kebakaran lebih cepat. Sementara Damkar sendiri terus berupaya memenuhi standar waktu penanganan kebakaran nasional.
Waktu respons Dinas Damkar sesuai standar nasional adalah 15 menit terhitung dari penerimaan laporan kebakaran, berangkat, hingga sampai di lokasi.
Pada 2015 lalu, kata Arief, 99 persen penanganan tercapai di bawah 15 menit. Pada 2016 lalu, respons time sudah 100 persen tercapai di bawah 10 menit.
Ibrahim Dasilva Ketua Satlakar Kota Surabaya mengatakan tidak hanya di Kecamatan, pelatihan ini harus sampai ke tingkat Kelurahan.
“Karena kebakaran itu tidak mengenal wilayah dan waktu. Setelah pelatihan seperti kemarin, seharusnya ada tindakan Muspika Kecamatan melanjutkan pelatihan ini ke tingkat bawah,” ujarnya.
Ibrahim mengatakan, peristiwa kebakaran sering terjadi di pemukiman kumuh atau padat penduduk. Sementara masyarakatnya kurang peduli pada lingkungan.
“Sehebat apapun relawan dalam pencegahan bencana kalau tidak didukung tiga unsur yakni pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha maka pencegahan tidak berfungsi,” tuturnya.(den/rst)