Senin, 25 November 2024
Peringatan Hari Kesehatan Sedunia 2017 Bertema: Depression: Lets Talk

Curhat, Senjata Ampuh Hindarkan Orang Dari Depresi

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Curhat (curahan hati) baik saat senang ataupun sedih bisa menjadi salah satu senjata ampuh untuk menghindarkan seseorang dari rasa depresi.

dr. H. M. Subuh, MPPM Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI mengatakan, pentingnya upaya memahami lebih dalam tentang depresi bertujuan untuk menemukan cara menanggulangi, serta pentingnya dukungan bagi orang-orang yang mengalami depresi dengan menemani dan menyemangati, dan mendengarkan tanpa menghakimi.

“Tanpa kita sadari sebenarnya curhat itu penting untuk exhaust. Mengekspresikan perasaan bisa mengurangi beban masalah kejiwaan”, ujar dr. Subuh dalam kegiatan temu media di Kantor Kementerian Kesehatan mengenai Hari Kesehatan Sedunia 2017 yang mengangkat tema global “Depression: Lets Talk” dan tema nasional adalah “Depresi: Yuk Curhat!”.

Hal senada juga disampaikan oleh Dr. Jihane Tawilah perwakilan WHO untuk Indonesia bahwa stigma terhadap depresi harus dikurangi. Masyarakat harus lebih peka terhadap tanda dan gejala depresi. Setiap orang perlu bicara tentang depresi secara terbuka dan dewasa, peka terhadap tanda dan gejala agar bisa mendapatkan bantuan layanan kesehatan jiwa.

“Orang yang mengalami depresi itu merasa dirinya tidak baik sementara orang-orang di sekitarnya tidak peka. Padahal orang yang depresi itu sedang sakit dan membutuhkan bantuan kita untuk sembuh dari penyakitnya” ujarnya seperti dilansir dari website www.depkes.go.id.

dr. Diah Setia Utami, Sp. KJ., MARS Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengatakan, masyarakat bisa membantu orang-orang yang mengalami depresi dengan mendengarkan mereka berbicara, dan membuka wawasan mereka bahwa di sekitar mereka ada harapan dan banyak orang yang ingin membantu mereka.

Dr. Diah juga sangat berharap agar stigma depresi di masyarakat bisa dikurangi bahkan dihilangkan, karena hal tersebut justru menjadi penghambat upaya seseorang menolong dirinya keluar dari situasi depresi yang dialaminya, bahkan justru memperparah keadaannya.

Stigma yang dilabelkan kepada orang yang mengalami depresi diantaranya orang yang tidak dekat dekat dengan Tuhan, kurang iman, tidak sabar terhadap cobaan Tuhan, diguna-guna atau didekati makhluk halus, dan lain sebagainya.

“Seringkali mereka tau ada yang terjadi dalam dirinya, namun seringkali merasa rakut salah menyatakan perasaan. Terkadang mereka sudah bicara tapi tidak didengarkan, malah dinasehati, atau disalahkan. Itu justru memperparah keadaan”, katanya.

Secara umum, yang dibutuhkan adalah pendengar yang baik. Utamanya adalah tidak memotong pembicaraan, bukan malah menasehati apalagi menyalahkan.

“Tidak memotong pembicaraan, bersifat mendukung (supported), bisa memahami, ada reflective listening. Harus benar-benar bisa menjadi orang yang bisa mendengar, bukan just hearing melainkan listening”, tambahnya.

dr. Diah menjelaskan, menyimak (listening) itu bukan hanya memakai telinga saja untuk mendengar, tetapi juga menggunakan indera lainnya, seperti mata (untuk melihat gerak tubuh dan ekspresi), hati (untuk berempati terhadap apa yang dikatakan), dan pikiran (untuk mengkoneksi setiap kata dan ucapan). (dwi/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
30o
Kurs