
Sepurane Rek, aku wes suwe gak ngetokno video anyar. Soale iku lho, aku mari moleh teko Australi, kata Londokampung mengawali video terbarunya yang berjudul Wong Australi Ngomong Boso Jowo.
Londokampung adalah nama populer dari Dave Jephcott, pria bule asal Melbourne, Australia, yang rajin membuat video dengan bahasa Jawa khas Suroboyoan.
Dalam video itu, keluarga dan teman-teman Dave yang berada di Melbourne, Australia bergantian memperkenalkan dirinya dalam bahasa Suroboyoan. Tampak mereka semua sangat bersemangat, meski sering keseleo lidah.
“Njupuk kesempatan mumpung aku nang kono. Tak tulis sik terus garek diwoco dulurku. Tak briefing diluk sik, tak kek i kesempatan moco sik lan praktek. Terus marine tak syuting,” ujar Dave menceritakan proses pengambilan video tersebut.
Menurut dia, keluarga dan teman-temannya sempat kesulitan melafalkan kalimat-kalimat tersebut. “Yo kangelan mbak, sampeyan isok ndelok dewe Jowone mbleyat mbleyot ngono. Mek cacakku sing isok (Suroboyoan, red). Wong tuoku ambek adikku gak isok,” tulis Dave dalam pesan elektroniknya kepada suarasurabaya.net, Kamis (26/1/2017).
Dikirim oleh Dave Jephcott pada 24 Januari 2017
Sejak empat bulan lalu, Londokampung sudah mengunggah 22 video berbahasa Suroboyoan di akun Youtube-nya. Mulai dari menyanyikan lagu ciptaannya dan cover lagu yang dialih bahasakan ke bahasa Suroboyoan, hingga parodi bahasa Suroboyoan seperti Efek Mangan Gorengan.
Netter yang kebanyakan orang Indonesia, memberi respon positif terhadap video-video tersebut. Joshua Suherman penyanyi asli lagu “Diobok-obok” yang dialih bahasakan oleh Dave sampai mereview video tersebut di channel Youtube-nya.
“Awale sih nyoba nggawe sak video sing lagune Joshua tak gajuli ambek lirik Jowo, dadakno nggawe video yo gak sepiro angel, terus super fun. Mangkane nganti saiki sik tak terusno,” kata Dave yang lebih memilih diwawancarai dengan bahasa Suroboyoan.
Dave yang berdomisili di Surabaya ini mengaku belajar Suroboyoan dari teman-teman sepermainan di sekitar rumahnya. “Teko arek-arek kampung, gak tau blajar. Mek kurang kosakatane. Mangkane pingin tak pelajari terus. Terus tak pikir grammere Suroboyoan iku koyok opo. Polae biasane wong-wong lek nggagas sing rodok serius nggawe boso Indonesia, bingung ngomong jowone yok opo,” ujar pria penggemar bahasa ini.
Menurutnya, bahasa Jawa terutama bahasa Suroboyoan adalah bahasa yang keren. “Lek jareku wong sing asli teko Suroboyo gak iso Jowoan yo tak celuk wong katrok. Boso Jowo iku boso mbois temen. Ancen ngomonge rodok angel, tapi lek wis isok gak onok tandingane wis. It just sounds so cool to me,” kata dia.
Meski fasih berbahasa Suroboyoan, Dave memilih untuk tidak mengumpat atau misuh. “Suroboyoan lek jareku mek kasar lek awak dhewe nganggo urakan. I choose not to. Isok (misuh, red), tapi wes bertobat. Boso Inggris aku yo gak gelem misuh. I believe it`s wrong,” kata pria yang mengaku akan terus membuat lagu berbahasa Suroboyoan ini.
Perlu diketahui, dialek Arekan atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Arekan (Bahasa Jawa : basa Arekan) atau bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya.
Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta dan Surakarta dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.
Akhir-akhir ini, banyak media lokal yang menggunakan dialek Surabaya sebagai bahasa pengantar mereka.
Orang Surabaya lebih sering menggunakan partikel “rek” sebagai ciri khas mereka. Partikel ini berasal dari kata “arek”, yang dalam dialek Surabaya menggantikan kata “bocah” (anak) dalam bahasa Jawa standar. Partikel lain adalah “seh” (e dibaca seperti e dalam kata edan), yang dalam bahasa Indonesia setara dengan partikel “sih”.
Orang Surabaya juga sering mengucapkan kata “titip” secara /tetep/, dengan i diucapkan seperti /e/ dalam kata “edan”; dan kata “tutup” secara /totop/ dengan u diucapkan seperti /o/ dalam kata “soto”. Selain itu, vokal terbuka sering dibuat hambat, seperti misalnya: “kaya” (=seperti) lebih banyak diucapkan /k@y@?/ daripada /k@y@/, kata “isa” (=bisa) sering diucapkan /is@?/ daripada /is@/. (iss/dwi/ipg)