Mungkin namanya tak sepopuler Fujiko F Fujio, kreator Doraemon di kalangan pembaca Indonesia, tapi kehadiran Tooru Fujisawa Kreator Komik Great Teacher Onizuka (GTO) mendapatkan sambutan hangat di Indonesia.
Penggemar karya Tooru sangat antusisas di sesi talk show Popcon Asia 2017, Sabtu (5/8/2017). Mereka bahkan tak sungkan bertanya soal ide kreatif GTO hingga bocoran ending GTO.
Penggemar juga bertanya sosok seperti apakah Tooru saat masih duduk di bangku sekolah. Tooru, meski tak mengingat semuanya, mengaku bukan siswa “baik-baik” saat masih duduk di bangku sekolah.
“Saya bukan siswa yang baik. Agak bandel,” kata Tooru seraya tersenyum menjawab pertanyaan penggemarnya.
Dia lantas bercerita, dia seringkali teringat masa-masa sekolahnya dulu saat menulis cerita GTO. Tiba-riba, saat itu, rasa rindu pun menyerangnya. “Saat menulis, saya kangen masa sekolah dulu,” kata pria yang kini telah berusia 50 tahun.
Tooru mengatakan inspirasi cerita GTO datang dari berbagai hal. Antara lain cerita rekan-rekannya yang berprofesi sebagai guru, fenomena murid-murid sekolah di Jepang, hingga pengalaman pribadi.
“Punya banyak teman guru, suka bertukar cerita, mendapatkan cerita menarik, dikumpulkan, jadilah tema GTO. Juga melihat antara murid sekolah dan sekolah ditambah pengalaman pribadi,” kata dia.
Menurut Tooru berbagai masalah yang biasa dialami murid di lingkungan sekolahnya bisa diambil dan dicari sisi menariknya. Oleh karenanya, dia memutuskan memasukkan unsur komedi dalam cerita.
Manga GTO berkisah tentang guru inspiratif bernama Eikichi Onizuka (22) yang selalu direpotkan murid-muridnya. Onizuka dulunya mantan pemimpin geng motor yang tidak tahu apa yang harus dia lakukan dalam hidupnya, sehingga akhirnya menjadi guru.
Selain dalam bentuk manga, GTO telah diadaptasi dalam bentuk drama. Belum lama ini, Tooru terlibat dalam perbincangan menyoal proyek adaptasi GTO selanjutnya.
“Ada banyak tawaran dari luar negeri, untuk mengadaptasi GTO. Tetapi masih sebatas tawaran, belum diputuskan,” tutur dia.
Tooru berharap melalui karyanya itu, hubungan guru dan murid bisa menjadi lebih dekat atau dalam istilah yang dia katakan, tidak kaku.(ant/den)