Guna memberikan ruang bagi ekspresi sekaligus ide-ide siswa dalam kaitannya dengan semangat menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah, SMPN 43 Surabaya terbitkan buku karya siswa “Guruku Tersayang”.
“Buku Guruku Tersayang sejatinya adalah ruang ekspresi siswa kami. Siswa berkesempatan menyampaikan apa saja, termasuk ide, kritik dan uneg-unegnya tentang sekolah dengan segala isinya,” ujar Drs. Moch. Kelik Sachroen Djailani M.Si., Kepala SMPN 43 Surabaya.
Ada surat, puisi, kritik juga ucapan terimakasih kepada guru. Arifiah Putri kelas IX, menulis surat Kenangan Indah yang ditujukan pada Endang Suparmi satu di antara gurunya.
“Dari bimbingan beliau (Endang Suparmi) beserta guru-guru lainnya, banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan. Juara lomba pidato, juara menulis cerpen, dan banyak hal positif lainnya yang juga sangat berharga. Ini ucapan terimakasih saya,” kata Arifiah Putri.
Berbeda dengan Arifiah Putri, justru Samuel Abdi Yasu yang juga kelas IX, mengungkapkan rasa marah dan bencinya pada Anisah Novaniyah satu di antara gurunya yang memarahi rekannya sesama siswa.
“Kok bu Anisah memarahi teman saya yang kondisinya tidak mampu? Padahal beliau guru. Tapi setelah saya pikir-pikir omongan beliau ada benarnya. Makanya di surat itu saya ungkapkan marah sekaligus maaf buat beliau,” kata Samuel Abdi Yasu.
Sementara ditegaskan Kelik bahwa dengan memberikan kesempatan siswa berekspresi dalam bentuk tulisan, siswa punya kebiasaan menyampaikan ide dan pemikiran secara terstruktur.
“Semoga siswa dengan rajin membaca dan menulis akhirnya punya kebiasaan positif, yaitu budaya literasi seperti yang selalu digalakkan di sekolah,” ujar Kelik.
Peluncuran buku Guruku Tersayang, Sabtu (8/4/2017) dihadiri M Ikhsan Kadiknas Surabaya sekaligus dengan diluncurkannya radio internal siswa SMPN 43 (Semppati) Surabaya.(tok/dwi/ipg)