Pasca kenaikan status dari waspada ke siaga, di Gunung Agung terjadi peningkatan kegempaan yang cukup tajam tapi belum diikuti dengan erupsi.
“Dengan peningkatan tajam kegempaan itu kami sudah harus meningkatkan kesiapsiagaan termasuk untuk menyelamatkan warga sekitar,” kata I Gede Suantika Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api PVMBG pada Radio Suara Surabaya, Selasa (19/9/2017)
Sampai sekarang, kata dia, belum ada letupan tapi hanya berupa asap sulfatara. Dari pemantauan menunjukkan ada titik panas di dalam Gunung Agung.
Jika melihat ciri-cirinya hampi sama dengan kejadian tahun 1963. Mungkin dalam beberapa hari ke depan akan terjadi erupsi.
“Kita menjaga kemungkinan terburuk yang sampai melontarkan material sampai 6 km mengingat Gunung Agung cukup tinggi,” ujar dia.
Tahun 1963, lanjut dia, awalnya angin bertiup ke barat Pulau Jawa dan berpotensi menganggu penerbangan.
Gunung api bersifat tertutup, jadi kalau mau meletus didahului dengan meletuskan bongkahan atau bocornya belerang.
Saat ini kegempaan terpantau terus naik dan belum ada gejala menurun. Jika gempa yang terjadi sudah tidak terbaca, mungkin status akan dinaikkan lagi ke level 4.
“Sekarang sudah ada upaya untuk mengungsikan masyarakat di sekitar kawah,” katanya. (dwi/ipg)