Batik printing menjadi ancaman dunia batik di Indonesia karena dikhawatirkan makin menggeser keberadaan batik tulis yang makin langka.
Erwin Sosrokusumo Ketua Batik Bhuana Jawa Timur mengatakan, batik printing hampir menyamai batik tulis dari segi kualitas dan harga.
“Sekarang sulit memang membedakan batik tulis dan printing. Apalagi batik printing sekarang bisa bolak balik motifnya dan dalam hal pewarnaan bagus tekstilnya,” kata Erwin pada Radio Suara Surabaya.
Selain batik printing, yang menjadi ancaman saat ini, kata dia adalah pembatiknya sendiri. “Lama-lama pembatik akan loose job dan akhirnya jadi SPG karena batik tulis semakin langka,” ujar dia.
Cara mensiasatinya, kata dia, pembatik sendiri harus pintar membatik untuk bisa menghasilkan produk. “Karena di kami saja, banyak pegawai yang keluar. Mereka berpikir mending menjadi pegawai yang menghasilkan lebih banyak produk dalam waktu yang singkat,” katanya.
Di Hari Batik Nasional ini, Erwin berpesan pada pecinta batik agar bisa membedakan batik tulis dan printing. Jangan sampai masyarakat salah.
“Karena bisa dibedakan antara batik tulis dan printing dari segi kehalusan dan kalau batik tulis kan hanya 1 design kalau printing bisa ratusan design,” tambahnya. (dwi/rst)