Banjir bandang pada Minggu (13/8/2017) yang dipicu oleh hujan lebat musiman dan arus air yang mengalir dari bukit di seluruh perbatasan dengan India merenggut sedikitnya 18 nyawa manusia di tiga distrik di bagian barat-laut Bangladesh.
Kondisi banjir di distrik Dinajpur, sekitar 338 kilometer di bagian barat-laut Ibu Kota Bangladesh, Dhaka, memburuk secara drastis pada Minggu, setelah satu tanggul di distrik itu jebol, kata Monsur Ali Sarkar, petugas di Kantor Polisi Kaharol di kabupaten tersebut, kepada Xinhua seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, “Lima orang meninggal setelah banjir bandang menerjang beberapa tempat di Kahrol.”
Abdul Majid, petugas lain di Kantor Polisi Birol di distrik itu, mengatakan empat orang meninggal dan satu orang hilang setelah banjir bandang mengamuk di Birol.
Kondisi banjir, secara keseluruhan, di dua distrik lagi di Bangladesh juga mengkhawatirkan. Kedua distrik tersebut adalah Lalmonirhat di bagian barat-laut dan Kurigram di bagian utara, tempat air sungai mengalir di atas tingkat berbahaya.
Sebanyak delapan orang dilaporkan meninggal di dua distrik tersebut terkait banjir bandang. Namun kematian di Lalmonirhat dan Kurigram yang dilaporkan oleh media lokal belum dikonfirmasi.
Selain di distrik-distrik, banjir bandang mengikis banyak wilayah desa dan lahan pertanian, dan menghanyutkan bangunan di tempat lain di Bangladesh.
Pemerintah telah mengungsikan warga dari ratusan desa ke dataran tinggi di sejumlah wilayah di Bangladesh yang rentan terhadap hujan lebat antara Juni dan September.
Laporan televisi memperlihatkan beberapa desa di bagian timur-laut dan utara negeri tersebut telah terendam air setinggi pinggang orang dewasa. Warga terlihat sedang meninggalkan rumah mereka dengan menerobos banjir di jalan-jalan dan naik perahu untuk mencari tempat berlindung atau ke daerah kering untuk tempat tinggal sementara.
Seorang menteri Bangladesh pada Juli mengatakan ada kemungkinan “banjir besar” di negeri itu di tengah hujan lebat sedang yang telah mengakibatkan makin naiknya permukaan air sungai dan saluran air.
Ia mengatakan negeri tersebut telah mengalami curan hujan yang terus naik selama beberapa pekan belakangan.
Nasib buruk dialami jutaan orang saat Bangladesh, yang berada di dataran rendah, mengalami banjir kecil dan besar hampir setiap tahun, saat air hujan merendam anak benua itu dari Juni sampai September, ditambah dengan salju yang mencair dari Pegunungan Himalaya di sungai besar yang mengaliri negeri tersebut menuju Teluk Benggala.
Banyak ahli mengatakan Bangladesh, yang berbatasan dengan Teluk Benggala, telah menjadi makin rentan terhadap masalah yang berkaitan dengan perubahan iklim seperti topan, banjir, saat kapasitasnya untuk melindungi rakyatnya dan tanahnya lemah.
Pada 2007, dua banjir di Bangladesh menewaskan lebih dari 1.000 orang. (ant/dwi)