Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi 2000 kejadian bencana akan terjadi di 2018 dan didominasi oleh bencana hidrometeorologi mulai dari banjir, longsor hingga puting beliung.
“Jika mengacu pada prakiraan BMKG maka di 2018 musim kemarau dan hujan akan normal. Namun prediksi kita ada sekitar 2000 kejadian bencana di 2018 yang 90 persen merupakan bencana hidrometeorologi,” kata Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat dan Informasi Humas BNPB di Jakarta, Kamis (21/12/2017).
Besaran bencana banjir maupun longsor, menurut dia, sangat tergantung dengan intensitas hujan. Dengan kondisi lingkungan yang darurat ekologis, di mana kerusakan lingkungan, degradasi hutan, Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis yang meluas membuat bencana banjir dan tanah longsor meluas.
Bencana-bencana hidrometeorologi tersebut, lanjutnya, akan banyak terjadi di musim hujan yang terjadi dari November 2017 hingga April 2018, dan puncaknya akan terjadi pada Februari hingga Maret 2018.
“Dari bencana-bencana hidrometeorologi yang terjadi, longsor paling banyak menelan korban, ini karena masyarakat masih banyak yang tinggal di zona merah rawan bencana,” ujar Sutopo.
Selain itu, ia meminta masyarakat yang memang tinggal di daerah yang rawan atau langganan banjir dan longsor untuk selalu waspada mengingat bencana-bencana hidrometeorologi tersebut terjadi di lokasi yang sama, dan hanya akan meluas jika terjadi kejadian ekstrim.
“Siklon tropis memang jarang terjadi di Indonesia, tapi dengan hujan intensitas biasa saja sudah persoalan karena daya dukung dan daya tampung lingkungan sudah sangat buruk,” ujar dia.
Siklon tropis, menurut dia, biasanya terjadi di 10 derajat Lintang Utara (LU) dan 10 derajat Lintang Selatan (LS). Saat siklon semakin mendekat ke darat maka kekuatannya semakin lemah.
Ia mengatakan dampak perubahan iklim sangat signifikan untuk Indonesia. Hujan semakin lebat dan frekuensinya meningkat.
Antisipasi Karhutla
Sutopo menegaskan musim kering di beberapa daerah seperti akan terjadi dua kali, yakni di bulan Februari hingga Maret dan di bulan Juni hingga Oktober 2018. Karenanya antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) harus sudah dilakukan sejak kini.
Ia mengingatkan potensi asap dari karhutla yang bisa terjadi pada perhelatan Asian Games 2018 yang akan di gelar di Jakarta dan Palembang yang rawan karhutla. 18 Agustus 2018 itu Asian Games dimulai, itu sudah masuk musim kering. Pelaksanaannya di Palembang yang merupakan provinsi rawan karhutla karenanya antisipasi kita lakukan.
BNPB dan aparat lainnya, menurut Sutopo, sudah mempersiapkan helikopter untuk water bombing dan pesawat untuk melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Sumatera Selatan.
“Prakiraan BMKG tahun depan sama dengan tahun ini, kondisinya hujan dan kemarau normal. Karhutla bisa ditekan di 2017, kita akan terus melakukan antisipasi dan siap melakukan pemadaman di 2018,” ujar dia.
Namun demikian, ia mengingatkan agar pemerintah daerah yang akan disibukkan dengan Pilkada tetap waspada. Ada 117 Pilkada di provinsi, kabupaten dan kota di 2018, dan itu akan berpengaruh pada pelaksanaan penanggulangan bencana sehingga perlu diantisipasi sejak saat ini. (ant/rst)